REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan, Rusia mengetahui adanya pembicaraan telepon antara Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Menurut Peskov, Moskow turut mengetahui detail perbincangan antara kedua tokoh tersebut.
“Mengenai fakta bahwa mereka (Xi Jinping dan Zelensky) berkomunikasi, itu adalah masalah kedaulatan masing-masing negara dan masalah dialog bilateral mereka,” kata Peskov, Kamis (27/4/2023).
Tanpa mengungkap tentang apa yang diketahui Rusia dari perbincangan Xi dan Zelensky, Peskov menyampaikan bahwa Moskow terbuka untuk segera mengakhiri konflik di Ukraina. “Kami siap menyambut apa pun yang dapat mempercepat akhir konflik di Ukraina, dan Rusia mencapai semua tujuan yang telah ditetapkannya sendiri,” ujarnya.
Peskov tak menjelaskan lebih detail tentang tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan Rusia. Namun salah satu tujuan itu tampaknya memastikan Ukraina tidak menjadi anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Saat ini Kiev diketahui sudah mengajukan permohonan aksesi ke NATO. Namun aliansi pertahanan itu belum membukakan pintu untuk Ukraina.
Pada Rabu (26/4/2023) lalu, Xi Jinping akhirnya melakukan percakapan telepon dengan Zelensky. Itu menjadi perbincangan perdana mereka sejak Rusia menyerang Ukraina pada Februari 2022. “Saya melakukan panggilan telepon yang panjang dan bermakna dengan Presiden Xi Jinping. Saya percaya panggilan (telepon) ini, serta penunjukan duta besar Ukraina untuk Cina, akan memberikan dorongan yang kuat bagi perkembangan hubungan bilateral kita,” tulis Zelensky di akun Twitter-nya.
Zelensky tak menerangkan secara mendetail tentang hal apa saja yang dibahasnya dengan Xi Jinping. Sementara itu, juru bicara kepresidenan Ukraina Sergiy Nykyforov menyebut, Zelensky dan Xi melakukan percakapan telepon selama hampir satu jam.
China Central Television (CCTV) mengungkapkan, dalam percakapan dengan Zelensky, salah satu isu utama yang dibahas Xi adalah tentang krisis Ukraina. Xi menekankan kepada Zelensky bahwa pembicaraan dan negosiasi adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri peperangan. “Mengenai masalah krisis Ukraina, Cina selalu berdiri di sisi perdamaian dan posisi intinya adalah untuk mempromosikan pembicaraan damai,” kata CCTV mengutip pernyataan Xi.
Xi pun meyakinkan Zelensky bahwa Cina tidak akan berusaha memperpanas konfrontasi, apalagi memanfaatkan krisis Ukraina untuk memperoleh keuntungan tertentu. “Ketika berhadapan dengan masalah nuklir, semua pihak yang berkepentingan harus tetap tenang dan menahan diri, benar-benar fokus pada masa depan dan nasib mereka sendiri dan seluruh umat manusia, serta bersama-sama mengelola dan mengendalikan krisis,” ucap Xi.
Sebelumnya Zelensky juga sudah menyampaikan bahwa negaranya menginginkan Beijing menjadi mitra dalam implementasi formula perdamaian guna mengakhiri konflik dengan Rusia. Pada peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari lalu, Cina merilis dokumen bertajuk merilis dokumen bertajuk China’s Position on the Political Settlement of the Ukraine Crisis. Dokumen itu berisi 12 poin usulan Cina untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.