Kamis 27 Apr 2023 22:31 WIB

Putin: Rusia akan Perkuat Kerja Sama Ekonomi dengan Turki

Rusia membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Turki.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
 Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: ap/Alexandr Demyanchuk/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ia dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sepakat memperdalam kerja sama ekonomi, perdagangan dan pertanian. Hal ini ia sampaikan dalam sebuah upacara yang memperingati pengiriman bahan bakar nuklir ke pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki, Kamis (27/4/2023).

Pembangkit listrik tenaga nuklir Turki tersebut dibangun oleh Rusia. Putin mengatakan kedua negara sedang bekerja sama dalam inisiatif Erdogan untuk mengirim tepung yang terbuat dari biji-bijian Rusia ke negara-negara yang membutuhkannya.

Baca Juga

Hal ini disampaikan setelah Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan, Rusia mengetahui pembicaraan telepon antara Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Menurut Peskov, Moskow turut mengetahui detail perbincangan antara kedua tokoh tersebut.

“Mengenai fakta bahwa mereka (Xi Jinping dan Zelensky) berkomunikasi, itu adalah masalah kedaulatan masing-masing negara dan masalah dialog bilateral mereka,” kata Peskov.

Tanpa mengungkap tentang apa yang diketahui Rusia dari perbincangan Xi dan Zelensky, Peskov menyampaikan bahwa Moskow terbuka untuk segera mengakhiri konflik di Ukraina. “Kami siap menyambut apa pun yang dapat mempercepat akhir konflik di Ukraina, dan Rusia mencapai semua tujuan yang telah ditetapkannya sendiri,” ujarnya.

Stasiun televisi Cina CCTV melaporkan dalam percakapan dengan Zelensky, salah satu isu utama yang dibahas Xi adalah tentang krisis Ukraina. Xi menekankan kepada Zelensky bahwa pembicaraan dan negosiasi adalah satu-satunya jalan mengakhiri peperangan.

 

“Mengenai masalah krisis Ukraina, Cina selalu berdiri di sisi perdamaian dan posisi intinya adalah untuk mempromosikan pembicaraan damai,” kata CCTV mengutip pernyataan Xi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement