REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika memasuki Ramadhan, bukan hanya orang dewasa yang menjalani pola hidup berbeda, anak pun kerap ikut merasakan perbedaannya. Dan ketika merayakan Hari Raya Idul Fitri, anak pun juga kembali merasakan perbedaan pola hidup dari kesehariannya.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Himawan Aulia Rahman, mengatakan perbedaan pola hidup itu lah yang membuat anak rentan mengalami permasalahan pada saluran cerna. Dan anak yang ikut mudik bersama orang tua, biasanya yang paling rentan.
“Anak bisa kelelahan, stres karena tidak berjumpa teman, ini bisa sebabkan penurunan imunitas. Makan juga tidak teratur, kurang tidur, dan anak-anak berkumpul juga dengan orang banyak terutama pada saat hari Lebaran,” ungkap dr Himawan dalam media briefing virtual IDAI, Kamis (27/4/2023).
Perjalanan menuju kampung halaman sudah membuat anak kelelahan hingga stres yang bisa berdampak pada kondisi saluran cerna. Ditambah lagi ketika Lebaran, banyak makanan tak biasa, lalu bertemu banyak orang, juga bisa memberikan dampak kurang baik pada saluran cerna.
Dr Himawan memaparkan lima permasalahan saluran cerna yang kerap dijumpai pasca Lebaran, orang tua harus waspada.
1. Diare
Apabila frekuensi buang air besar atau BAB anak lebih sering dari biasanya dan juga lebih lembek atau cair dibanding biasanya, orang tua harus memperhatikannya. Penyebabnya bisa karena infeksi virus, bakteri, atau parasit, namun WHO mengatakan paling banyak penyebabnya karena virus yaitu rotavirus.
“Bisa juga hygiene per orangan, dari makanan yang dikonsumsi, kepadatan rumah, air bersih yang tersedia, ketersediaan jamban,” ujar dia.
Penularannya bisa melalui makanan dan minuman yang tercemar patogen, kontak langsung, saluran nafas, serta binatang seperti lalat. Dan pada anak bisa juga dari tangan, baik itu tangan anak atau yang mengasuh.
2. Sakit perut
Ini juga merupakan gejala yang cukup umum dijumpai, terbagi menjadi sakit perut mendadak atau sakit perut hilang timbul yang berlangsung lama. Yang berbahaya adalah apabila sakit perut berlangsung lama lebih dari dua jam, atau dibarengi gejala selain seperti muntah hebat, demam, sangat kembung, nyeri di tempat lain, atau perut membesar.
Ada juga sakit perut fungsional karena psikis, biasanya pada anak yang stres. Misalnya ketika mudik, anak rentan alami sakit perut karena stres dengan perjalanan lama, kelelahan, atau kurang istirahat.
3. Muntah
Gejala yang dapat menimbulkan muntah adalah dari penyakit yang memicunya. Ini bisa dikarenakan diare, infeksi saluran pernafasan atas, lambung, infeksi saluran kencing, atau makanan (keracunan, alergi, atau intoleran).
4. Sembelit
Jika BAB anak kurang dari dua kali per pekan atau kira-kira lebih dari tiga hari sekali, kemudian ada gejala anak menahan BAB, lalu tinja keras atau nyeri, tinja besar, atau teraba seperti ada tinja yang besar di perut bagian bawah, orang tua harus segera meminta bantuan medis.
“Jadi konstipasi ini dijumpai pada anak-anak yang mudik, biasanya dia bepergian yang lingkungannya berbeda dengan rumah sehari-hari sehingga dia tidak mau BAB dan mengalami konstipasi,” ucap dr Himawan.
Kalau ada tinja yang terkumpul di usus bagian bawah, biasanya seorang anak yang sudah duduk atau jongkok di WC, akan bisa keluar. Tapi kalau anak ketakutan, tidak familiar dengan WC, ada stres, kecemasan saat mudik, ini akan ditahan, makin dikencangkan, sehingga tinja menumpuk, bertambah besar, dan sebabkan konstipasi.
5. Keracunan, alergi, atau intoleransi
Ketika ada makanan baru saat Lebaran, ini bisa menyebabkan intoleransi makanan. Penyebabnya beragam, ada berupa gula atau lakstosa yang biasanya banyak berasal dari produk susu. Kemudian lemak, yang terkandung dalam santan. Lalu ada juga protein yang beragam, ada makanan pedas, serta makanan dan minuman yang manis.
“Banyak juga makanan yang disuguhkan memicu keracunan makanan, makanan yang tercemar, kedaluarsa, yang tidak diolah dengan baik, mentah, bisa berpotensi menimbulkan bakteri toxic, sehingga memicu gejala saluran cerna,” papar dr Himawan.