REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Terkait adanya seorang jamaah perempuan di barisan depan jamaah laki-laki, saat pelaksaan Sholat Idul Fitri di Ponpes Al-Zatun, pihak Kemenag Indramayu sudah mendapat penjelasan. Bahwa keberadaannya di shaf depan itu, sebagai bentuk pemuliaan terhadap perempuan.
‘’Jadi, perempuan tidak mesti berada di sudut ujung beradanya. Itu pemahaman dia (Syekh Panji Gumilang, red). Dan kami menghargai pemahaman dan pola pikir beliau terkait memuliakan perempuan,’’ Kasubag TU Kantor Kemenag Kabupaten Indramayu, Aan Fathul Anwar, saat ditemui Republika.co.id, di ruang kerjanya, Kamis (27/4/2023).
Sebelumnya, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Indramayu telah menerima penjelasan dari pimpinan Mahad Al-Zaytun Indramayu, terkait pelaksanaan sholat Idul Fitri 1444 H di mahad tersebut yang viral.
Penjelasan itu disampaikan saat sejumlah pejabat Kemenag Indramayu bersilaturahim dengan Pimpinan Mahad Al-Zaytun Indramayu, Syekh Panji Gumilang, di Mahad Al-Zaytun, Rabu (26/4/2023).
Baca juga : Kemenag Indramayu : Mereka Menggunakan Dasar Hukum Surat Al Mujadalah Ayat 11
Bahkan, lanjut Aan, pimpinan Mahad Al-Zaytun malah bertanya balik tentang kesalahan dalam memuliakan perempuan. ‘’Dan perempuan yang ada di samping saya itu perempuan yang sangat saya muliakan sekali. Apakah salah ketika saya memuliakan seorang perempuan?,’’ kata Aan menirukan ucapan pimpinan Mahad Al-Zaytun.
Aan mengaku, tidak menanyakan secara langsung kepada pimpinan Mahad Al-Zaytun mengenai identitas jamaah perempuan tersebut. Namun dari informasi yang diperolehnya dari sumber lain, jamaah perempuan tersebut merupakan istri dari Syekh Panji Gumilang.
Aan mengaku, sudah menyampaikan pernyataan pengurus MUI Pusat, yang menyatakan bahwa sholat yang didalamnya bercampur jamaah laki-laki dan perempuan itu merupakan makruh, meski sholatnya tetap sah.
Namun, lanjut Aan, pihak Al Zaytun menyatakan bahwa hal itu merupakan sebuah pilihan. Pasalnya, makruh bersifat abu-abu.
‘’Dan sholat Id itu sunah. Kenapa yang sunah harus dipermasalahkan?,’’ kata Aan kembali menirukan ucapan pimpinan Mahad Al-Zaytun.
Baca juga : Wow...Gelandangan Ini Bawa Uang Rp 1,8 Juta, Cek Rp 1,35 M, ATM dan STNK Motor
Sementara itu, mengenai adanya dua orang badal di samping imam, Aan menjelaskan, bahwa keduanya dipersiapkan untuk menggantikan imam. Hal itu jika terjadi sesuatu pada imam, yang membuat imam tersebut tidak dapat meneruskan sholatnya.
Sedangkan mengenai adanya seorang laki-laki Nasrani yang ikut dalam barisan jamaah sholat Id, Aan menyatakan, bahwa Mahad Al-Zaytun selama ini menerapkan moderasi yang sangat bagus.
‘’(Seorang Nasrani ditempatkan di barisan depan jamaah sholat) itu mungkin menghormati,’’ tutur Aan.
Lebih lanjut Aan menyatakan, Kemenag hanya bisa memberikan arahan dan tidak bisa memaksakan suatu paham atau ajaran yang diyakini kelompok tertentu. Selagi ajaran tersebut tidak menyimpang. Dia mencontohkan, di Indonesia ada NU, Muhammadiyah, Persis, Al Wasliyah, Al Irsyad dan lainnya.
‘’Mereka muslim semua. Kita tidak bisa memaksakan dengan konsep pemahaman keagamaan mereka,’’ ucap Aan.
Aan menambahkan, dalam pembicaraan tersebut juga sempat terlontar pernyataan dari pimpinan Mahad Al-Zaytun bahwa mereka akan membuat kejutan. Namun, kejutan tersebut bersifat positif. ‘’Tidak tahu apa. Katanya wait and see,’’ pungkas Aan.
Baca juga : Polisi Bekuk Empat Pembobol Mobil Pemudik di Rest Area KM 57 Tol Japek