Jumat 28 Apr 2023 07:16 WIB

Dinkes Sumut: Tak Ada Arcturus dan Lonjakan Covid-19 Usai Lebaran

Kasus harian rendah dan tidak banyak pasien yang perlu dirawat inap.

Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 jenis Moderna sebagai dosis keempat kepada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, Selasa (2/8/2022). Dinkes Sumut: Tak Ada Arcturus dan Lonjakan Covid-19 Usai Lebaran
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 jenis Moderna sebagai dosis keempat kepada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, Selasa (2/8/2022). Dinkes Sumut: Tak Ada Arcturus dan Lonjakan Covid-19 Usai Lebaran

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut) menyatakan belum ditemukan penyebaran virus SARS-CoV-2 subvarian Omicron Arcturus atau XBB.1.16. Selain itu, tidak ada lonjakan kasus Covid-19 usai perayaan Lebaran 2023.

"Untuk subvarian Arcturus belum ada di sini. Lalu terkait Lebaran kemarin, meski mobilitas penduduk sangat tinggi, penambahan kasus Covid-19 sedikit, relatif rendah," ujar Kepala Dinkes Sumut dokter Alwi Mujahit Hasibuan, Kamis (27/4/2023).

Baca Juga

Di Sumut, Alwi melanjutkan, per Rabu (26/4/2023), positivity rate Covid-19 berada di kisaran 2,2 persen atau jauh di bawah standar yang ditetapkan WHO yakni lima persen. Bahkan, satgas penanganan Covid-19 menyatakan pada seminggu terakhir sampai 26 April 2023, rata-rata positivity rate Covid-19 di Sumut sebesar 1,29 persen.

Dinkes Sumut juga menyebut bahwa kasus Covid-19 terkendali, terlihat dari rendahnya kasus harian dan tidak banyaknya pasien yang perlu dirawat inap. Selain itu, belum ada pula kasus Covid-19 yang berujung pada kematian setidak-tidaknya sekitar dua bulan terakhir.

"Di Sumut, kemarin, Rabu (26/4/2023), kasus positif Covid-19 ada 25. Jadi dibandingkan dengan beberapa daerah yang lain, Sumut termasuk cukup baik pengendaliannya," kata Alwi.

Sedangkan terkait virus SARS-CoV-2 yang ada di Sumut, Alwi menyebut bahwa jenisnya masih didominasi Omicron tetapi bukan subvarian Arcturus. Omicron yang ada di Sumut relatif tidak berbahaya, karena hanya menyebabkan gejala ringan sampai menengah seperti demam dan batuk.

"Meski penyebarannya cepat, angka kematian karena Omicron rendah. Gejalanya demam tetap ada, begitu pula batuk tetapi tidak berat," ujarAlwi.

Virus SARS-CoV-2 subvarian Omicron Arcturus atau XBB.1.16 sudah ditemukan menyebar di kurang lebih 20 negara di dunia termasuk Australia, India, Singapura, dan Indonesia. Penyebaran subvarian tersebut diyakini lebih cepat dari subvarian Omicron sebelumnya. Namun, Kementerian Kesehatan menyatakan penderita Covid-19 akibat Omicron dan Arcturus di Indonesia tidak menimbulkan gejala yang mengkhawatirkan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement