REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam proses tumbuh kembang, merupakan hal yang manusiawi bila anak melakukan suatu kesalahan. Namun, ada kalanya anak merasa enggan, takut, atau tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka lakukan.
Bila menghadapi situasi seperti ini, salah satu hal yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah memahami jalan pikir anak. Orang tua perlu mencari tahu alasan yang membuat anak tidak mau bertanggung jawab setelah melakukan suatu kesalahan.
Ada beragam alasan yang membuat anak memilih untuk lari daripada mempertanggung jawabkan kesalahannya. Sebagian dari alasan tersebut adalah rasa takut, gengsi, meyakini bahwa salah berarti lemah, hingga khawatir akan adanya kesulitan yang lebih besar bila dia bertanggung jawab.
Setelah memahami alasan tersebut, peran orang tua adalah meluruskan pemahaman anak yang mungkin keliru. Sebagai contoh, bila anak merasa enggan bertanggung jawab karena dia takut ditinggalkan sendirian, orang tua bisa meyakinkan bahwa mereka akan selalu ada untuk sang anak.
"(Lakukan) diskusi disertai dengan tindakan yang sifatnya mendukung," jelas psikolog anak, remaja, dan keluarga dari Tigagenerasi dan Citra Ardhita Psy Services, Ayoe Sutomo MPsi Psikolog CGA, Kamis (27/4/2023).
Mendukung di sini bukan berarti orang tua harus "pasang badan" dan menutupi semua kesalahan yang dilakukan anak. Mendukung juga bukan berarti membebaskan anak dari konsekuensi atas kesalahan yang mereka sudah lakukan.
"Tidak seperti itu. Mendukung artinya memberikan anak kesempatan untuk bertanggung jawab," lanjut Ayoe.
Selain itu, orang tua juga dapat memberikan dukungan emosi dan mental kepada sang anak tanpa menyalahkan. Pastikan pula anak mengetahui bahwa keluarga akan selalu ada untuknya. "Kita dukung, kita hadapi bersama-sama, tapi (anak) tetap harus bertanggung jawab," ujar Ayoe.