REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli kesehatan berupaya untuk menurunkan prevalensi perokok di Indonesia dengan beragam cara. Untuk mewujudkan misi tersebut, beberapa peneliti dari Universitas Padjadjaran (Unpad) yang menjadi mitra Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) menggelar webinar bersama dengan para pakar pengurangan risiko dari berbagai negara.
Peneliti Fakultas Kedokteran (FK) Unpad, Dr Ronny Lesmana menyampaikan, rokok yang menggunakan proses pembakaran menghasilkan berbagai zat berbahaya. Di antaranya, zat kadmium, radioaktif, polonioum, dan alkaloid. Dalam penelitiannya, Ronny menemukan, beta karoten yang banyak tersedia di Indonesia khususnya di dalam sayuran seperti wortel dapat mengurangi dampak pembengkakan yang diakibatkan dari konsumsi rokok.
"Kandungan antioksidan di dalam beta karoten memiliki potensi untuk mengurangi pembengkakan khususnya yang terjadi di berbagai penyakit kardiovaskular," jelas Ronny di acara yang didukung Foundation for a Smoke Free World, Smile Study, dan Replica 2.0 yang diikuti 200 peserta dari seluruh dunia, dalam siaran di Jakarta, Jumat (28/4/2023).
Peneliti FK Gigi Unpad, drg Amaliya menyampaikan, jumlah perokok konvensional di Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 57 juta orang. Hal itu membuat para ahli kesehatan berupaya untuk melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi risiko yang dihasilkan dari penggunaan rokok konvensional.
Salah satunya adalah melalui produk tembakau dan nikotin alternatif bagi perokok dewasa yang ingin menikmati produk tembakau. "Dalam penelitian, rokok elektrik (e-cigarette) hampir menghilangkan emisi aldehida. Selain itu, paparan formaldehida dan asetaldehida dari rokok elektrik juga lebih rendah dibandingkan paparan dari menghirup udara di rumah," jelas Amalya.
Dia menyampaikan, walaupun penggunaan produk tembakau maupun nikotin alternatif dapat mengurangi dampak negatif dari penggunaan rokok konvensional, berhenti merokok secara keseluruhan (total smoking cessation) merupakan jalan terbaik bagi para perokok. Hal itu untuk dapat sepenuhnya terhindar dari dampak negatif dari merokok.
Guru Besar Farmasi Biologis Unpad, Melisa Intan Barliana menekankan, pentingnya penelitian lebih lanjut mengenai produk rokok alternatif. Melisa mengaku sedang mengerjakan penelitian tersebut, yang melibatkan rokok konvensional dan produk tembakau alternatif.
Assisten Profesor Departemen Klinis dan Eksperimental Kedokteran Universitas Catania, Rosalia Emma, menambahkan produk nikotin dengan perasa (flavored nicotine products) sangat penting dalam membantu perokok dewasa untuk berhenti merokok. Namun, para penyusun regulasi harus mengkaji hal itu dengan serius, terutama ketika mereka mulai mempertimbangkan pengaturan perasa di electronic nicotine delivery products (ENDS).
“Walaupun demikian, pelarangan nikotin perasa berpotensi memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat dan apabila dilakukan dengan berlebihan maka larangan tersebut akan membuat pengguna produk nikotin alternatif kembali menggunakan rokok konvensional," kata Rosalia.