Jumat 28 Apr 2023 19:38 WIB

Ekonom Proyeksi Inflasi Ramadhan dan Lebaran Hanya Naik 0,18 Persen

Meski di tengah Ramadhan dan Lebaran, inflasi bahan pangan terlihat mereda.

Pengunjung memadati los penjualan batik di Pasar Beringharjo Bagian Barat Yogyakarta, Jumat (28/4/2023). Menjelang habis libur Lebaran Idul Fitri 1444H kawasan penjualan cenderamata di Beringharjo dipadati pengunjung. Di bagian ini khusus menjual aneka batik, daster, atau kaos etnik yang ramai diburu untuk cenderamata pascamudik. Menurut pedagang ramainya pengunjung merupakan berkah lebaran, dan diprediksi akan terjadi hingga Ahad (30/4/2023) mendatang.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pengunjung memadati los penjualan batik di Pasar Beringharjo Bagian Barat Yogyakarta, Jumat (28/4/2023). Menjelang habis libur Lebaran Idul Fitri 1444H kawasan penjualan cenderamata di Beringharjo dipadati pengunjung. Di bagian ini khusus menjual aneka batik, daster, atau kaos etnik yang ramai diburu untuk cenderamata pascamudik. Menurut pedagang ramainya pengunjung merupakan berkah lebaran, dan diprediksi akan terjadi hingga Ahad (30/4/2023) mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi akan mencapai 0,35 persen month on month pada April 2023 atau naik dari 0,18 persen di Maret 2023 di tengah momen Lebaran.

"Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan tarif jasa angkutan penumpang dan harga hotel serta restoran yang terkait dengan kegiatan mudik," katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat (28/4/2023)

Sementara itu, meski di tengah Ramadhan dan Lebaran, inflasi bahan pangan terlihat mereda. Ini kedua momentum yang meningkatkan permintaan masyarakat tersebut bertepatan dengan puncak musim panen.

"Pasokan pangan telah mencukupi, sehingga kenaikan harga pangan menjadi sangat terbatas," imbuhnya.

Mempertimbangkan empat bulan pertama tahun ini, inflasi year to date diperkirakan mencapai 1,03 persen atau lebih rendah dari 2,15 persen pada periode Januari-April 2022.

"Kami perkirakan inflasi tahunan akan terus menurun, masih karena high base effect di tahun lalu,"ucapnya.

Secara tahunan, tingkat inflasi di April 2023 diperkirakan mencapai 4,35 persen atau melemah dari 4,97 persen pada Maret 2023.

"Namun, hal ini lebih dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi pada April 2022 di tengah pelonggaran aturan pembatasan COVID-19 selama Ramadhan, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN), dan penyesuaian harga BBM Pertamax," katanya.

Inflasi inti diperkirakan akan terus melemah dari 2,94 persen (yoy) di Maret 2023 menjadi 2,82 persen year on year di April 2023. Dampak putaran kedua dari penyesuaian harga BBM bersubsidi pada September 2022 diperkirakan akan menurun lebih cepat dari perkiraan.

Inflasi tahunan juga diprediksi akan kembali ke kisaran target sebesar dua sampai empat persen pada akhir semester I 2023 atau lebih cepat dari perkiraan sebelumnya yakni pada semester II 2023.

"Dampak putaran kedua dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun lalu terlihat akan hilang sama sekali pada paruh kedua tahun 2023. Kami tetap mempertahankan perkiraan inflasi kami di sekitar 3,60 persen pada akhir tahun 2023," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement