REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat At Tahrim ayat 8 mengandung nasihat bagi para pendosa yang kini bertaubat. Ayat tersebut merupakan pengingat untuk mereka agar konsisten dalam pertaubatannya.
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS At-Tahrim ayat 8)
Dalam kitab tafsir Fathul Bayan fii Maqasid Al Qur'an karya Siddiq Hasan Khan Al Qonuji, dilansir di Furqan, dijelaskan ayat tersebut mengingatkan seorang Muslim yang bertaubat agar benar-benar meninggalkan dosa-dosanya yang lalu dan tidak lagi mengulanginya.
Imam Qatadah menyebutnya dengan taubat yang jujur, yang tulus. Dikatakan pula, taubat yang ikhlas.
Hasan Al-Basri menyampaikan, taubat yang tulus adalah ketika seseorang membenci dosa yang dia cintai, dan memohon ampunan atas dosa tersebut. Adapun Al-Kalbi merinci seperti apa taubat nasuha.
Dia mengatakan taubat nasuha atau taubat yang murni adalah ketika seseorang menyesal dalam hati, memohon ampunan dengan lisannya, berhenti melakukan dosa secara fisik, dan memastikan ia tidak akan kembali melakukannya. "Itulah taubat yang diterima," kata Said bin Jubair.
Diriwayatkan dari Nu'man bin Bashir, Umar bin Khattab pernah ditanya soal taubat nasuha. Dia berkata:
"(Yaitu) ketika seseorang bertaubat dari perbuatan buruk, kemudian tidak pernah kembali lagi (melakukannya)." Diriwayatkan dari Muadz, bahwa Umar berkata, "Tidak membutuhkan taubat lagi setelah itu."
Dalam riwayat Ibnu Mas'ud, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Taubat dari dosa adalah ketika seseorang bertaubat dari dosa tersebut dan tidak pernah mengulanginya." (HR Ibnu Mardawayh dan Al-Baihaqi)
Ibnu Mas'ud juga pernah berkata, "Taubat nasuha adalah menebus atas setiap keburukan (yang dilakukannya), dan itu ada di dalam Alquran." Lalu Ibnu Mas'ud membaca ayat 8 Surat At-Tahrim ini.
Dalil-dalil yang terdapat dalam Alquran dan As-Sunnah, serta ijma, telah menunjukkan keniscayaan taubat. Taubat adalah kewajiban bagi manusia di setiap keadaan dan waktu.
Seorang Muslim wajib segera memohon ampunan atas setiap dosa, besar atau kecil. Tidak boleh menunda-nunda. Ketika seorang Muslim bertaubat, maka taubatnya diterima atas dosa yang ia sesali. Dan orang yang tidak bertaubat maka tetap dengan dosanya itu.