REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keketuaan Indonesia pada Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) disebut bisa membuat sektor pariwisata di kawasan itu saling terkoneksi.
"Indonesia bisa mempengaruhi dengan produk-produk pariwisata yang mengangkat kesamaan dari ASEAN, karena secara gastronomi makanannya mirip-mirip," kata Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila Devi Roza Kausar, di Jakarta, Ahad (30/4/2023).
Dia mencontohkan, di Indonesia ada minuman cendol seperti di Malaysia dan Thailand. Kesamaan itu bisa ditampilkan sebagai produk pariwisata yang kolektif.
Selain itu, kata dia, ada juga peninggalan bersejarah (heritage) berupa candi seperti Borobudur di Indonesia, Angkor Wat di Kamboja, Ayutthaya di Thailand. "Mereka punya sejarah yang terkoneksi," ujarnya, seraya menambahkan bahwa kesamaan itu bisa dijadikan sebagai objek wisata unggulan ASEAN.
Tur wisata ke beberapa negara ASEAN yang mempunyai sejarah saling berhubungan. Apalagi selama dua tahun terakhir sektor pariwisata mulai bangkit dari pandemi.
Untuk itu, Universitas Pancasila sebagai anggota ASEAN Tourism Research Association (ATRA) juga mengangkat sejumlah isu, seperti perubahan iklim, peran perempuan dalam pariwisata dan lainnya. Dia mengatakan untuk meningkatkan pengetahuan pariwisata digelar diskusi-diskusi dalam forum ASEAN-China, ASEAN-India, dan ASEAN-Australia dengan mengundang pembicara dari China, India, dan Australia.
Karena ASEAN merupakan satu kesatuan dengan wilayah lain di dunia sehingga memerlukan kerja sama, katanya. "Manfaatnya bukan hanya (untuk) pendidikan tinggi saja, tetapi juga untuk masyarakat," kata Devi.
Dia menjelaskan Fakultas Pariwisata UP telah menggelar ATRA Tourism Forum ke-12 yang diselenggarakan selama dua hari di Yogyakarta pada 16-17 Maret 2023. Pertemuan ini bisa meningkatkan kolaborasi ASEAN (untuk) saling belajar satu sama lain, yang diharapkan bisa menjadi input(masukan) untuk kebijakan-kebijakan.
Dalam forum tersebut, Presiden ATRA Prof Dr Neethiahnanthan Ari Ragavan dari Taylor's University Malaysia mengemukakan, forum itu digelar untuk mendiskusikan peran pariwisata untuk meningkatkan konektivitas antarmasyarakat,antarinstitusi--khususnya perguruan tinggi--dan antarnegara melalui pariwisata.
Para menteri pariwisata ASEAN juga telah menyepakati ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025 untuk mewujudkan konektivitas melalui pariwisata. Konektivitas antarnegara ASEAN dan masyarakatnya diyakini menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing, inklusivitas, dan ikatan komunitas.