Ahad 30 Apr 2023 10:29 WIB

Hikmah Wanita Ditempatkan di Shaf Belakang dalam Sholat

Dalam sholat, posisi wanita ada di belakang laki-laki.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi jamaah shaoat wanita di shaf belakang.
Foto: EPA/Ben Hajan
Ilustrasi jamaah shaoat wanita di shaf belakang.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketika sholat, wanita ditempatkan di shaf belakang. Ketua Umum PP Aisyiyah Salmah Orbayinah menjelaskan mengenai posisi shaf sholat berjamaah perempuan di belakang. 

"Justru shaf sholat (perempuan) di belakang laki-laki itu untuk memuliakan perempuan. Fungsinya apa? Salah satunya untuk menghindari fitnah dan juga menjaga pandangan laki-laki," kata Salmah saat dihubungi Republika, Sabtu (29/4/2023).

Baca Juga

Sebagaimana diketahui, jagad maya dikejutkan dengan unggahan Pesantren Al Zaytun yang menempatkan posisi shaf sholat perempuan sejajar dan bercampur dengan laki-laki. Pihak Al Zaytun mengambil dasar hukumnya dari Alquran Surah Al Mujadalah ayat 11. Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.....’’.

Salmah menjelaskan, sholat merupakan ibadah khusus yang sudah diatur sedemikian rupa rukunnya. Sehingga tidak diperbolehkan terdapat penambahan maupun pengurangan dalam sholat.

Dia pun menekankan bahwa dalam hal memuliakan perempuan, Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi hal tersebut. Misalnya, dia mengutip Surah An Nahl ayat 97 yang juga menjadi landasan Aisyiyah selama ini.

Allah SWT berfirman, "Man 'amila saaliham min zakarin aw unsaa wa huwa mu'minun falanuhyiyannahuu hayaatan taiiyibatanw wa lanajzi yannnahum ajrahum bi ahsani maa kaanuu ya'maluun,".

Yang artinya, "Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,".

Bahkan, dia menekankan, KH Ahmad Dahlan memberikan ruang seluas-luasnya bagi perempuan dengan memprsilakan perempuan mendirikan Aisyiyah. Sehingga Aisyiyah sudah selesai dengan konsep keadilan gender.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement