Ahad 30 Apr 2023 11:37 WIB

Surat Terbuka Alumni UGM untuk Ganjar dan Anies, Tetaplah Bersahabat Jabatan Hanya Amanah

Anies dan Ganjar bersahabat baik bahkan memiliki jalur komunikasi khusus.

Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Foto: Republika
Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: TM. Luthfi Yazid, alumnus Universitas Gadjah Mada

Sahabatku Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang baik, semoga sahabat berdua bersama keluarga selalu dalam keadaan sehat walafiat dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Sehubungan dengan masih dalam hembusan suasana fitri, izinkan saya mengucapkan Selamat Idulfitri 1444 H/2023 M, mohon maaf lahir dan batin. Selanjutnya, saya selaku sahabat anda berdua, ingin menyampaikan pesan Proklamator kita, Ir. Soekarno, dengan ucapannya: “Kutitipkan bangsa dan negeri ini kepadamu!”. Tentu saya tidak berpretensi seperti Bung Karno sebab beliau adalah tokoh utama bangsa yang sangat kita hormati dan begitu banyak jasanya bagi negeri ini. Saya semata-mata hanya mencupliknya karena pesan itu patut kita renungkan dan disematkan kepada sahabat berdua.

Sahabatku Ganjar dan Anies  yang baik, saya mengenal sahabat dari jarak cukup dekat sebab kita satu generasi dan satu kampus. Bahkan, Ganjar merupakan teman sekelas saya di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), teman diskusi tentang kaum muda dan kawan berdebat saya; sejak mahasiswa, di beberapa kesempatan, saya dan Anies juga kerap berdiskusi tentang kehidupan kampus, spirit hidup dan masa depan negeri ini.

Rumah orang tua istri Anies dan rumah orang-tua istri saya juga bertetangga. Dari Ganjar dan Anies inilah, saya juga banyak belajar. Terkadang kita pernah saling mengunjungi rumah satu sama lain, meski sangat jarang.

Saya menyaksikan, sejak mahasiswa sahabat berdua adalah aktivis kendati berbeda fakultas maupun organisasi. Kecintaan anda berdua kepada negeri ini, kepada merah-putih tak diragukan lagi. Selepas dari Bulaksumur (Kampus UGM), jalan hidup sahabat berbeda-beda. Memang begitulah hidup dan misteri yang mesti kita jalani.

Saat mahasiswa, sudah banyak yang memprediksi masa depan sahabat berdua kelak sahabat berdua diramalkan akan menjadi tokoh dan orang penting di negeri ini, dan itu menjadi kenyataan. Karena kapabilitas sahabat berdua serta saking sayang serta hormatnya kepada Anda berdua, jauh sebelum ada pendeklarasian capres —dalam sebuah WhatsApp Group yang terdiri dari beberapa mantan aktivis UGM segenerasi, bahkan di grup WA tersebut pada awalnya ada Ganjar dan Anies— saya menggulirkan ide agar Anda berdua diduetkan menjadi capres dan cawapres RI (terserah dirundingkan siapa yang mau capres dan siapa yang mau cawapres). Sebagian merespon positif ide tersebut, yang lainnya memilih untuk tidak mendiskusikan hal-hal yang berbau politik dan Pilpres karena dua-duanya adalah kawan.

Meskipun saat ini belum ada penetapan/keputusan resmi dari KPU RI mengenai pencalonan sahabat sebagai calon resmi Presiden RI, namun PDI Perjuangan telah secara resmi mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden RI, begitu juga dengan Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS, yang telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon Presiden RI dalam Pemilu mendatang; pun ada juga Prabowo Subianto (dalam sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi saya adalah 1 dari 8 pengacara Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno) yang sudah dijagokan Partai Gerindra sebagai capres. Mungkin masih akan ada lagi capres dan cawapres lainnya sampai ada penetapan resmi dari Komisi Pemilihan Umum untuk penyelenggaraan Pemilu 2024?

Setelah pencalonan sahabat berdua oleh para partai politik tersebut, maka media, khususnya media sosial—hiruk pikuk menyiarkan tentang profil, sejarah dan sepak terjang sahabat. Banyak aspek disoroti dan dikuliti. Tidak jarang juga dari pemberitaan atau media tersebut telah mengalami distorsi, lepas dari konteks serta situasionalnya, bukan gambaran diri sahabat berdua yang sesungguhnya.

Saya menyaksikan, Anda berdua bersahabat dengan baik. Bahkan memiliki jalur “komunikasi khusus”, setidaknya sampai sebelum sahabat berdua dideklarasikan. Hubungan harmonis tersebut mudah-mudahan dapat ditiru oleh massa pendukung masing-masing (?), karena faktanya tidak sedikit yang kemudian “membentrokkan” dan “membenturkan” sahabat berdua. Dan kini situasinya sudah mulai terasa dan memanas.

Meskipun kini sahabat sudah menduduki posisi masing-masing sebagai capres RI, namun tetaplah berpikir jangka panjang, tetap berkawan, bersahabat dengan tulus. Ini penting, sebab jabatan hanyalah amanah dan sementara sifatnya, sedangkan persahabatan akan sangat bermakna untuk dipertahankan selamanya.

Sahabatku Anies dan Ganjar yang terhormat, banyak cerita tentang perkawanan kita, baik ketika di UGM, dalam lintas pekerjaan maupun ketika di masyarakat yang sama-sama kita alami dan kita ketahui. Tapi tidak semuanya dapat kita ceritakan di sini. Biarlah semua itu menjadi catatan dan kenangan kita. Bahkan, terhadap surat ini pun pasti akan menuai pro dan kontra. Tetapi, bukankah pro dan kontra adalah hal yang biasa di alam demokrasi seperti ini.  

Saya hanya ingin berpesan kepada sahabat berdua tentang mandat konstitusi, baik dalam Pembukaannya maupun Pasal-Pasalnya dalam UUD 1945. Tentang bangsa dan negeri ini yang merupakan mandat konstitusional bagi kita semua. Pembukaan UUD 1945 haruslah menjadi road-map untuk menjadi Indonesia kembali, reinventing Indonesia.

Seperti yang sahabat pahami, konstitusi kita (UUD 1945) memandatkan negara kita adalah negara hukum atau sering disebut sebagai the Rule of Law atau Constitutionalism. Kita tentu sepakat bahwa konstitusi adalah sebuah “contractum nobilee” , “noble agreement”, kesepakatan luhur, serta kesepakatan bersama yang merupakan panduan utama dan pandom kolektif kita dalam mewujudkan cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pada titik ini kita perlu bersyukur dan berterima kasih yang setinggi-tingginya kepada para pendiri Republik ini. Yang penting lagi, mandat konstitusi kita adalah, agar kita menegakkan kepastian hukum yang adil (Pasal 28 D ayat 1). Jika kita periksa konstitusi kita, pasal serta ayat yang mengandung kata “adil” dalam konstitusi kita jauh lebih banyak daripada yang mengandung kata “hukum”. Itu artinya, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penegakan  keadilan/keadilan sosial kepada siapapun merupakan hal yang mesti kita prioritaskan.

Saya minta kepada sahabat, dengan segala hormat, untuk berkomitmen mengaktualisasikan mandat Konstitusi tersebut. Komitmen untuk melaksanakan amanah konstitusi inilah yang akan menjadi future legacy bagi sahabat berdua.

Sahabatku Ganjar dan Anies yang baik, bahwa di antara sahabat berdua mempunyai latar belakang dan gaya yang berbeda, itu saya maklum sebab itu sesuatu yang lumrah adanya, tidak ada manusia yang sempurna. Namun, saya yakin sahabat berdua sangat mencintai tanah air ini, mengedepankan merah-putih. Saya percaya, tekad anda berdua sangat kuat untuk itu.

Karena itu, niatkan dan kuatkan tekad sahabat berdua untuk menjadikan negeri ini lebih maju, lebih demokratis, dan lebih berkeadilan sosial sebagaimana menjadi cita-cita para pendiri bangsa. Niatkan dengan ikhlas dan ingat akan keberlanjutan negeri ini serta masa depan generasi mendatang sebagaimana ungkapan Simon Sinex “leadership is not about the next election, it’s about the next generation”, yang sejalan dengan pesan Bung Karno di atas.

Berkontestasilah dan berkompetisilah dengan sportif, sehat, dan saling menghormati. Mari kita laksanakan pemilu nanti dengan jujur dan adil sesuai amanat Konstitusi. Kalah dan menang dalam sebuah kompetisi dan kontestasi adalah hal yang biasa, dan saya yakin sahabat berdua akan berjiwa besar menerima apa pun hasilnya nanti. Sekian dan salam damai!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement