JAKARTA--Kemasan plastik dengan bahan polikarbonat yang mengandung Bispenol-A (BPA) dianggap bisa menimbulkan persoalan kesehatan. Salah satu persoalan yang ditimbulkan adalah kanker payudara.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Environmental Research, peneliti dari Zhejiang University, China, melakukan meta-analisis yang bertujuan untuk mengevaluasi risiko kanker payudara terkait paparan BPA. Dengan menganalisis data dari 28 studi epidemiologi, peneliti menemukan bahwa paparan BPA terkait dengan peningkatan risiko kanker payudara pada wanita.
Temuan ini dipublikasikan di Jurnal Environmental Research dengan judul "Bisphenol A exposure and breast cancer risk: a meta-analysis" (Chen Y, 2020). Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk menghindari kemasan makanan atau minuman yang mengandung BPA.
Guru besar Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Andri Cahyo Kumoro mengatakan, kontaminasi senyawa BPA dari kemasan bisa terjadi apabila ada pemanasan dan gesekan pada kemasan tersebut sehingga makanan atau minuman dalam kemasan itu terkontaminasi oleh BPA.
Ia mencontohkan, kontaminasi dalam galon air isi ulang bisa terjadi saat proses isi ulang karena galon tersebut dibersihkan dengan proses yang kurang tepat. "Pembersihan harusnya menggunakan sikat lembut sehingga migrasi BPA akibat gesekan bisa dihindari," kata Prof. Dr. Andri Cahyo Kumoro, Sabtu (29/4/2023).
Sementara itu, migrasi karena pemanasan bisa terjadi dalam proses pengiriman atau penyimpanan galon yang kurang tepat. Mengingat, dalam proses pengiriman atau penyimpanan galon terkadang galon tersebut terpapar sinar matahari secara langsung sehingga menyembabkan temperatur galon mengalami peningkatan.
Kanker payudara sendiri merupakan salah satu penyakit yang cukup kerap terjadi di Indonesia. Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Elvida Sariwati mengatakan, kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia, serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.
"70 kanker payudara dideteksi sudah di tahap lanjut, kalau kita bisa mendeteksi di tahap awal mungkin kematiannya bisa kita tanggulangi,'' kata Elvida.
Data itu juga dikonfirmasi oleh data Globocan pada 2020 yang memaparkan jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Jumlah kematian akibat kanker payudara mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus, dan menjadi salah satu penyumbang kematian tertinggi akibat kanker.