REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Mahkamah Partai DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ade Irfan Pulungan mengatakan bahwa dukungan partainya kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) merupakan bentuk kelanjutan sejarah. Khususnya ketika bersatunya ideologi nasionalisme dan Islam.
"Sejak zaman awal kemerdekaan, orde baru hingga masa reformasi, kerja sama antara partai nasionalis dan Islam selalu terjadi. Saat ini kerja sama itu dipelihara dengan baik oleh PDIP dan PPP," ujar Irfan lewat keterangannya, Selasa (2/5).
Kerja sama antara PPP dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sudah berlangsung sejak lama. Salah satunya adalah momen Mega Bintang, ketika kedua partai itu melakukan perlawanan terhadap kediktatoran Soeharto pada masa Orde Baru.
Mega Bintang disebut muncul setelah ada pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPC PPP Surakarta, Mudrick Sangidoe. Saat itu, Mega Bintang bertujuan melawan Presiden Soeharto dan Partai Golkar.
"Sejarah juga mencatat pasangan Megawati-Hamzah Haz yang pernah menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI. Ini merupakan pasangan PDIP-PPP yang selalu dikenang dua partai ini," ujar Irfan.
Hubungan PDIP dan PPP selama ini juga saling menghormati dan sangat harmonis. Bahkan Megawati dengan tokoh-tokoh senior PPP, seperti Ismail Hasan Metareum, Mudrick Sangidoe dan KH. Maimoen Zubair.
"Tentunya PPP ingin mengulang kembali sejarah tersebut dalam pesta demokrasi pada pemilu presiden tanggal 14 Februari 2024 dengan mendukung dan mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai presiden RI periode 2024-2029," ujar Irfan.
"Dan mengusulkan kader terbaik dari internal PPP sebagai (calon) wakil presiden," kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) itu menambahkan.