REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Godfather of AI Geoffrey Hinton telah mengundurkan diri dari Google menyusul pesatnya peningkatan alat kecerdasan buatan (AI), seperti ChatGPT dan chatbot lain. Dia memperingatkan soal risiko AI di masa depan.
Hinton merupakan ahli teknik di Google selama lebih dari satu dekade. Dia menyesali pekerjaan hidupnya setelah melihat bahaya yang ditimbulkan AI generatif. Dia khawatir tentang informasi yang salah bahwa rata-rata orang tidak akan dapat lagi mengetahui mana informasi yang benar.
Dalam waktu dekat, dia khawatir kemampuan AI untuk mengotomatiskan tugas. Tidak hanya akan menggantikan pekerjaan, tetapi juga menjungkirbalikkan seluruh pasar kerja. Sebelumnya, Hinton mengira revolusi AI masih beberapa dekade lagi.
Namun sejak OpenAI meluncurkan ChatGPT pada November 2022, kecerdasan model bahasa besar (LLM) telah berubah. “Lihatlah bagaimana lima tahun lalu dan bagaimana sekarang. Ambil perbedaannya dan sebarkan ke depan. Itu menakutkan,” kata Hinton, dikutip Mashable, Selasa (2/5/2023).
Debut ChatGPT memulai semacam persaingan di antara perusahaan teknologi besar seperti Microsoft Bing dan Google Bard. Google tidak berdiam saat mengetahui Microsoft sudah menarik OpenAI, perusahaan dibalik ChatGPT.
Google bergegas meluncurkan Bard meskipun ada kekhawatiran internal bahwa itu tidak cukup teruji untuk akurasi dan keamanan. Hinton mengklarifikasi di Twitter bahwa dia tidak mengkritik Google secara khusus.
Dia percaya Google telah bertindak sangat bertanggung jawab. Selain soal risiko AI, Hinton juga mengkhawatirkan lanskap persaingan di antara perusahaan teknologi.
Tanpa regulasi atau transparansi, perusahaan berisiko kehilangan kendali atas teknologi yang kuat. “Saya tidak berpikir mereka harus meningkatkan ini sampai mereka mengerti apakah mereka dapat mengendalikannya," ucap dia.