Selasa 02 May 2023 14:37 WIB

Qantas Tunjuk CEO Wanita Pertama

Hudson mengaspirasikan pemulihan reputasi Qantas sebagai prioritas.

Sebuah pesawat Qantas mendarat di Bandara Darwin di Darwin, Australia, 23 Oktober 2020. Maskapai Australia Qantas telah mengumumkan Direktur Keuangan (Chief Financial Officer) Vanessa Hudson akan menggantikan Direktur Utama (CEO) saat ini Alan Joyce.
Foto: EPA-EFE/CHARLIE BLISS
Sebuah pesawat Qantas mendarat di Bandara Darwin di Darwin, Australia, 23 Oktober 2020. Maskapai Australia Qantas telah mengumumkan Direktur Keuangan (Chief Financial Officer) Vanessa Hudson akan menggantikan Direktur Utama (CEO) saat ini Alan Joyce.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Maskapai Australia Qantas telah mengumumkan Direktur Keuangan (Chief Financial Officer), Vanessa Hudson, akan menggantikan Direktur Utama (CEO) saat ini Alan Joyce. Dia akan menjadi bos wanita pertama Qantas saat dia mengambil alih jabatan itu pada November nanti.

Maskapai ini mengalami turbulensi belakangan ini, dengan rekor kerugian selama Covid-19 dan serangkaian kontroversi yang merusak merek tersebut. Hudson, yang bergabung dengan Qantas pada 1994, mengaspirasikan pemulihan reputasi maskapai sebagai prioritas.

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan penunjukan bersejarahnya adalah suatu kehormatan. "Saya memiliki dua anak perempuan dan saya selalu menjadi seorang ibu yang ingin memimpin dengan memberi contoh," kata Hudson kepada wartawan dilansir BBC, Selasa (5/2/2023).

Hudson memuji Qantas sebagai perusahaan luar biasa dan berjanji untuk bekerja sangat keras untuk mengembalikan Qantas ke kejayaannya.

Tahun lalu, Qantas mendapat kritik keras atas pembatalan penerbangan, kehilangan bagasi, dan penundaan. Namun, Qantas bangkit kembali tahun ini dengan keuntungan setengah tahun sebesar 1,4 miliar dolar Australia (928,7 juta dolar AS). "Kami sangat terbuka dalam mengakui bahwa pengalaman pelanggan tidak seperti yang kami inginkan dan kami telah menginvestasikan 200 juta dolar Australia untuk mendapatkan kinerja kembali seperti sebelum Covid-19," kata Hudson.

Dia mengatakan, juga akan berusaha membangun hubungan yang konstruktif dengan serikat penerbangan dalam semangat saling percaya, setelah hubungan yang tegang selama masa Alan Joyce. Pada 2021, pengadilan federal Australia memutuskan Qantas telah mengalihdayakan hampir 1.700 pekerjaan staf lapangan secara ilegal selama pandemi. Maskapai kemudian memulai banding pengadilan tinggi untuk menghindari pembayaran kompensasi atas perpindahan tersebut.

Komisaris Qantas, Richard Goyder memberikan penghormatan kepada CEO yang akan keluar, Alan Joyce, dengan mengatakan telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam 15 tahun di puncak. Meskipun ada tantangan yang Joyce hadapi, termasuk krisis keuangan 2008, pandemi dan rekor harga minyak.

Joyce sering menerima kritik pribadi selama masa jabatannya, bahkan rumahnya di utara Sydney senilai 19 juta dolar AS dilempari telur dan kertas toilet di puncak kekacauan bandara baru-baru ini. Dia juga pernah diserang dan dilempar wajahnya dengan pai lemon meringue pada 2017 di Perth, atas dukungan publiknya terhadap pernikahan sesama jenis selama debat nasional untuk melegalkannya.

Joyce menggambarkan momen pergantian CEO Qantas ini sebagai momen berat, setelah ia membawa maskapai melewati masa-masa sulit. "Masih banyak yang ingin saya sampaikan dalam enam bulan ke depan. Yang terpenting adalah memastikan penyerahan yang lancar kepada Vanessa Hudson, yang saya yakin akan unggul dalam peran itu," kata Joyce.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement