REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penurunan pada perdagangan Rabu (3/5/2023) ke level 6.862,05. Setelah sempat dibuka naik tipis, IHSG langsung berbalik arah dan jatuh ke zona negatif.
Pelemahan IHSG sejalan dengan pergerakan bursa kawasan Asia. "Indeks saham di Asia dibuka melemah setelah indeks saham utama di Wall Street semalam berakhir anjlok lebih dari 1 persen akibat dari dampak kejatuhan bank First Republic," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya.
Harga saham sejumlah bank daerah di AS seperti PacWest Bancorp, KeyCorp, Comerica and Western Alliance Bank turun tajam. Investor khawatir mengenai kondisi kesehatan bank-bank berukuran menengah.
Investor melihat, eksposure bank-bank berukuran menengah terhadap sektor komersil real estate cukup berisiko. Pasalnya gedung perkantoran saat ini tingkat kekosongannya tinggi sehingga memperbesar kekhawatiran kerugian dari kredit macet.
Selain itu, investor juga memantau bank sentral AS, Federal Reserve, yang memulai pertemuan kebijakan. The Fed diekspektasikan akan mengerek suku bunga federal Fund rate (FFR) sebesar 25 basis poin menjadi di kisaran 5,0 persen-5,25 persen.
"Investor akan mencari sinyal apakah kenaikan kali ini akan menjadi yang terakhir atau apakah kenaikan lebih lanjut di mungkinkan jika inflasi tetap tinggi," ucap Phillip Sekuritas Indonesia.
Pasar obligasi kembali bergairah karena investor mencari rasa aman dalam surat utang Pemerintah AS (US Treasuries) di tengah kekhawatiran mengenai bank daerah di AS. Imbal hasil (yield) US Treasury Note bertenor 10 tahun turun 14 bps menjadi 3,42 persen dan yield US Treasury Note bertenor dua tahun jatuh 21 bps menjadi 3,93 persen.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah terpangkas sekitar lima persen ke level terendah dalam lima minggu. Penurunan harga minyak ini disebabkan oleh kekhawatiran mengenai kondisi kesehatan ekonomi global dan eskpektasi kenaikan suku bunga acuan di AS dan Eropa minggu ini.