Rabu 03 May 2023 11:33 WIB

Ajak Masyarakat Hindari Perundungan Jelang Pilpres, Pengamat: Kedepankan Kritik Saja

Selain bersifat substantif, Adi meminta masyarakat memberikan kritikan.

Pemilihan presiden (Ilustrasi).
Foto: republika/mardiah
Pemilihan presiden (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Paramater Politik Indonesia, Adi Prayitno mengimbau masyarakat untuk menghindari kritik berlebihan dan tindakan bully kepada bakal calon presiden (bacapres), 

Dia melanjutkan, bukan tidak mungkin serangan-serangan kepada bacapres tersebut membuat pendukung masing-masing tokoh tersinggung, dan berujung pelaporan kepada pihak berwajib. 

Baca Juga

"Kalau mau mengkritik calon seperti Ganjar, seperti Anies, ataupun Prabowo, lebih pada substansi, seperti visi misi, soal statement-statement atau kebijakan politiknya yang pernah dilakukan selama menjadi pejabat publik," ujar Adi. 

"Kalau ingin mengkritik Ganjar misalnya, kritik apa saja yang menjadi kelemahan Ganjar di Jateng, kritik Anies apa yang menjadi kelemahan Anies di Jakarta. Atau Prabowo ketika jadi Menhan dan seterusnya," contohnya. 

Selain bersifat substantif, Adi meminta masyarakat memberikan kritikan yang terukur, mampu membangun demokrasi yang sehat, dan tidak memecah belah bangsa. 

"Saya kira pemilu 2024 harus menjadi momen di mana kampanye politik terutama oleh pendukungnya itu harus konstruktif. Bukan lagi terlampau berlebihan yang justru akan merusak suasana batin kebangsaan kita," kata dia.

Salah satu aksi tak terpuji yang ia soroti adalah serangan kepada Ganjar Pranowo. Adi menyayangkan unggahan seorang warganet yang mengedit foto Ganjar bersebelahan dengan salah satu mantan artis dewasa dari Jepang. 

Dia menilai, perbuatan tersebut sangat kontraproduktif dan hanya melahirkan keributan yang tidak berkesudahan. Dia mengimbau agar kritikan kepada bacapres harus bersifat substansif. 

"Capek. Serangan vulgar semacam ini sudah banyak makan korban. Bukan hanya keributan, tapi banyak juga yang berurusan dengan pihak berwajib karena dianggap fitnah, hoaks, dan merusak nama baik," kata Adi. 

Dalam survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), nama Ganjar Pranowo berada di posisi teratas dengan suara 26,8 persen, mengungguli Prabowo Subianto dengan raihan suara 25,4 persen.

Sementara itu, nama Anies Baswedan berada di urutan ketiga dengan total suara 16,7 persen, demikian dilansir dari Antara

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement