REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyanyi Meghan Trainor selalu mengira bahwa rasa sakit yang dia rasakan saat dan setelah melakukan hubungan seksual merupakan hal yang normal. Ternyata, rasa sakit tersebut disebabkan oleh kondisi bernama vaginismus.
"Saya pikir setiap wanita selalu merasakan sakit saat dan setelah melakukan hubungan seksual," jelas Trainor, seperti dilansir Today, Rabu (3/5/2023)
Menurut terapis Sara Reardon, sakit yang dirasakan oleh penderita vaginismus cukup beragam. Sebagian menggambarkan rasa sakit tersebut seperti sensasi vagina mereka sobek.
Ada pula yang merasakan sensasi terbakar pada vagina mereka. Reardon mengingatkan bahwa rasa sakit yang muncul pada saat dan setelah melakukan hubungan seksual bukanlah hal yang normal.
"Efek berkelanjutan dari kondisi ini bisa mengenai sangat banyak aspek dalam kehidupan kita, dan itu bukan hanya soal seks. (Dampaknya) benar-benar mempengaruhi kualitas hidup wanita," ujar Reardon.
Mengenal Vaginismus
Secara umum, vaginismus terjadi ketika otot-otot dasar panggul mengejang tanpa diperintah ketika sesuatu memasuki vagina. Sesuatu ini bisa berupa banyak hal, mulai dari tampon, menstrual cup, jari, spekulum atau alat medis lain, hingga penis.
"Kondisi ini tidak memungkinkan masuknya (sesuatu) ke vagina," kata Reardon.
Sekitar satu dari lima wanita diperkirakan mengalami vaginismus. Namun, menurut Reardon dan para ahli, jumlah wanita yang mengalami vaginismus mungkin jauh lebih besar. Alasannya, banyak wanita seperti Trainor yang tidak sadar bahwa rasa sakit saat melakukan hubungan seksual adalah hal yang tak normal.
Pada banyak wanita, kemunculan vaginismus bisa bermula saat mereka pertama kali melakukan hubungan seksual, mencoba tampon dan menstrual cup, atau ketika menjalani pemeriksaan panggul. Namun, vaginismus bisa muncul kapan pun, meski bertahun-tahun sebelumnya wanita tak pernah mengalami masalah.
Ada beberapa gejala vaginismus yang perlu dikenali oleh wanita. Gejala tersebut adalah rasa sakit saat penetrasi atau memasukkan sesuatu ke vagina, rasa sakit saat melakukan hubungan seksual, tak bisa melakukan hubungan seksual atau memasukkan apa pun ke dalam vagina, seperti memasukkan tampon.
"(Terjadinya vaginismus disebabkan) oleh situasi multifaktor," ujar Reardon.
Orang-orang yang mengalami trauma, bukan hanya trauma seksual, memiliki peluang lebih besar untuk mengalami vaginismus. Kondisi ini juga bisa muncul setelah infeksi kronis seperti infeksi saluran kemih atau infeksi ragi berulang di vagina. Vaginismus pun bisa muncul setelah wanita melahirkan.