REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Produsen mobil Jepang menghadapi krisis penjualan di China. Data menunjukkan, itu karena adanya peralihan cepat ke kendaraan listrik atau Electrical Vehicle (EV).
Munculnya EV dinilai telah menjungkirbalikkan pasar mobil terbesar di dunia. Sekaligus menyebabkan penurunan pembelian mobil bertenaga bensin.
Total penjualan merek mobil Jepang di China turun 32 persen year on year pada kuartal pertama. Berdasarkan data industri yang dilansir Reuters pada Rabu (3/5/2024), angka itu menunjukkan lebih dari dua kali lipat laju kontraksi pasar secara keseluruhan.
Pembuat mobil lain seperti Volkswagen AG juga telah terjebak oleh perubahan tajam di China. Sementara, pembuat mobil Jepang menonjol karena penampilan mereka yang terbatas dalam kategori penjualan hibrida listrik dan plug-in yang tumbuh cepat.
Analis menilai, produksi dan margin akan berada di bawah tekanan di China karena pembuat mobil memangkas produksi dan harga mobil bertenaga bensin guna menjaga persediaan tetap terkendali. Ini dianggap mengkhawatirkan persaingan yang dapat dihadapi pembuat mobil Jepang di luar pasar dalam negeri mereka.
"Terutama pembuat mobil Jepang menghadapi persediaan mobil baru yang sedikit lebih banyak. Di China, mereka membuat penyesuaian," ujar Kepala Keuangan di pemasok suku cadang Denso Corp Yasushi Matsui,
Sementara, Mitsubishi Motors Corp mengatakan pekan lalu telah menangguhkan produksi SUV Outlander di China selama tiga bulan. Itu akan mengenakan biaya sebesar 77 juta dolar AS untuk memperlambat penjualan di perusahaan patungannya dengan GAC Group milik negara.
Seperti beberapa pembuat mobil Jepang lainnya, Mitsubishi tidak memecahkan angka penjualan China. Data industri yang dianalisis oleh Reuters menunjukkan, penjualan kuartal pertama di China turun 58 persen dari tahun sebelumnya.
Di posisi lain, mobil sedan Sylphy dari Nissan telah menjadi kendaraan terlaris di China selama tiga tahun. Hanya saja disingkirkan tahun lalu oleh BYD Song, plug-in hybrid buatan BYD, pembuat mobil top China .
Dalam komentar melalui email, Nissan mengatakan telah menjual lima juta lebih Sylphys di China selama bertahun-tahun. Perusahaan menambahkan, versi hybrid penggerak listrik memenuhi syarat untuk mendapatkan insentif di Guangzhou.