Rabu 03 May 2023 15:03 WIB

Nelayan Batam Khawatir Banyak Ikan Mati Akibat Pantai Tercemar Limbah

Limbah di Pantai Kampung Melayu kemungkinan sebulan baru bisa hilang

Petugas patroli Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) menuangkan limbah minyak hitam ke dalam wadah saat membersihkan tepi Pantai Melayu, Batu Besar, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (5/3/2023). Limbah minyak hitam tersebut berasal dari jalur pelayaran dan terbawa arus laut ke tepian pantai.
Foto: Antara/Teguh Prihatna
Petugas patroli Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) menuangkan limbah minyak hitam ke dalam wadah saat membersihkan tepi Pantai Melayu, Batu Besar, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (5/3/2023). Limbah minyak hitam tersebut berasal dari jalur pelayaran dan terbawa arus laut ke tepian pantai.

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Sejumlah nelayan di Pantai Kampung Melayu Kota Batam, Kepulauan Riau, khawatir terhadap banyaknya ikan dan biota laut lainnya yang mati akibat limbah. Seorang nelayan Kampung Melayu Arianto di Batam, Rabu (3/5/2023) mengatakan dirinya tidak bisa melaut karena alat tangkapnya rusak.

"Limbah ini kemungkinan sebulan baru bisa hilang, nasib kami bagaimana alat tangkap lengket tidak bisa dipakai," kata Arianto.

Baca Juga

Ia menambahkan jika pun harus melaut sampai ke tengah laut pendapatannya pasti berkurang. Arianto bersama nelayan lainnya berharap akan ada kompensasi dari pemerintah ataupun pihak terkait dengan adanya kejadian ini.

"Kalau bisa ada kompensasi, karena ikan tidak mungkin ada," kata dia.

Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) kawasan Nongsa Muhammad Idris mengatakan pencemaran limbah saat ini sangat merugikan para nelayan yang kini jumlahnya mencapai ratusan orang, yang tergabung dalam 11 kelompok dengan masing-masing kelompoknya beranggotakan 11 hingga 15 orang.

"Ini sangat rugi. Kami berharap akan ada kompensasi khususnya untuk nelayan di sini," ujar Idris.

Ia menjelaskan pencemaran limbah minyak hitam tersebut bukan yang pertama kali terjadi.

"Dulu beberapa tahun lalu sudah pernah juga. Tapi waktu angin utara dan saat itu masih terbilang wajar karena ada angin dan gelombang kencang karena musim utara," kata dia.

Kejadian kali ini, kata Idris,tidak wajar karena saat ini merupakan musim angin timur yang seharusnya laut dan gelombang dalam keadaan tenang.

"Seharusnya memang tidak ada saat ini karena angin timur. Inilah waktunya para nelayan turun ke laut," ujar Idris.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement