REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Sejumlah nelayan di Pantai Kampung Melayu Kota Batam, Kepulauan Riau, khawatir terhadap banyaknya ikan dan biota laut lainnya yang mati akibat limbah. Seorang nelayan Kampung Melayu Arianto di Batam, Rabu (3/5/2023) mengatakan dirinya tidak bisa melaut karena alat tangkapnya rusak.
"Limbah ini kemungkinan sebulan baru bisa hilang, nasib kami bagaimana alat tangkap lengket tidak bisa dipakai," kata Arianto.
Ia menambahkan jika pun harus melaut sampai ke tengah laut pendapatannya pasti berkurang. Arianto bersama nelayan lainnya berharap akan ada kompensasi dari pemerintah ataupun pihak terkait dengan adanya kejadian ini.
"Kalau bisa ada kompensasi, karena ikan tidak mungkin ada," kata dia.
Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) kawasan Nongsa Muhammad Idris mengatakan pencemaran limbah saat ini sangat merugikan para nelayan yang kini jumlahnya mencapai ratusan orang, yang tergabung dalam 11 kelompok dengan masing-masing kelompoknya beranggotakan 11 hingga 15 orang.
"Ini sangat rugi. Kami berharap akan ada kompensasi khususnya untuk nelayan di sini," ujar Idris.
Ia menjelaskan pencemaran limbah minyak hitam tersebut bukan yang pertama kali terjadi.
"Dulu beberapa tahun lalu sudah pernah juga. Tapi waktu angin utara dan saat itu masih terbilang wajar karena ada angin dan gelombang kencang karena musim utara," kata dia.
Kejadian kali ini, kata Idris,tidak wajar karena saat ini merupakan musim angin timur yang seharusnya laut dan gelombang dalam keadaan tenang.
"Seharusnya memang tidak ada saat ini karena angin timur. Inilah waktunya para nelayan turun ke laut," ujar Idris.