REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Liga 1 2023/2024 rencananya akan mulai bergulir awal Juli 2023 mendatang. Kesepakatan agenda Liga 1 tersebut sudah disepakati oleh PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator beberapa waktu lalu.
Ketua Umum (Ketum) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick Thohir tengah berupaya untuk membersihkan praktik mafia skor dalam pertandingan kompetisi sepak bola nasional. Langkah Erick itu diwujudkan dengan membentuk dua Satuan Tugas (Satgas) untuk menjadikan PSSI lebih transparan dan akuntabel.
Anggota Komisi X DPR RI Dewi Coryati mengatakan, gerak cepat Erick Thohir membentuk satgas khusus menjelang pertandingan Liga 1 Indonesia menjadi momentum yang sangat tepat untuk menciptakan iklim kompetisi lebih sehat.
Selain itu, Dewi meyakini langkah strategis Erick Thohir tersebut akan mampu membersihkan praktik korupsi dan mafia pengaturan skor di dalam kompetisi sepakbola nasional.
“Saya yakin ketika praktik korupsi sudah hilang, iklim kompetisi persepakbolaan kita akan menjadi jauh lebih maju. Karena korupsi seperti misalnya dalam pengaturan skor dan perwasitan, memiliki multiplier effect yang luar biasa, tidak hanya perihal perjudian dan menang kalah, tetapi juga kepada iklim kompetisi sepak bola secara menyuluruh, dan juga prestasi sebuah club dan pemainnya,” kata Dewi Coryati kepada wartawan, Kamis (4/5/2023).
Bahkan, kata Dewi, praktik-praktik kotor tersebut akan berpengaruh pada anarkisme suporter di lapangan, karena suporter melihat langsung ada praktik kecurangan dalam sebuah pertandingan. Untuk itu, langkah Erick Thohir membentuk dua Satgas untuk mengaudit keuangan PSSI dan PT LIB adalah langkah yang tepat.
“Belum lagi jika kita bicara kerukunan suporter. Saat ini suporter kita bisa pecah salah satu faktornya karena adanya ketidakpercayaan terhadap hasil pertandingan karena isu korupsi ini. Saya percaya kepada mas Erick Thohir,” ungkapnya.
Lanjut Dewi, pemberantasan korupsi dan mafia pengaturan skor merupakan jalan yang panjang di tubuh PSSI. Ia menyebut dua masalah tersebut membuat citra buruk di tubuh PSSI selama ini dan juga merusak iklim sepak bola Indonesia.
“Pemberantasan korupsi merupakan jalan yang panjang termasuk di PSSI. Bukan hanya pada pengaturan skor dan perwasitan saja, PSSI harus banyak berbenah, tapi memang 2 hal ini yang paling membuat citra PSSI saat ini buruk di masyarakat, karena dampaknya langsung kepada sehatnya iklim kompetisi persepakbolaan kita,” ujarnya
Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga meyakini, Erick Thohir mempunyai kemampuan dalam menciptakan sepak bola yang bersih dan berprestasi. Hal itu karena melihat pengalaman mantan bos Inter Milan itu dalam mengelola manajemen organisasi sepak bola, sebagaimana yang pernah dilakukan di klub papan atas Eropa.
“Saya sangat mengapresiasi pembentukan 2 Satgas ini, saya yakin di tangan seorang Erick Tohir yang memang sudah lama berkecimpung di dunia persepakbolaan, PSSI akan mengalami kemajuan. Tentunya kami di DPR khususnya komisi X juga akan terus mengawal, dan juga saya mengajak masyarakat juga ikut mengawal,” ucapnya.
Dikatakan politisi asal Bangkulu ini, Erick Thohir merupakan sosok yang tepat dalam membenahi sepak bola Indonesia. Hal itu tak lepas dari kecintaan dia terhadap dunia sepak bola, dan dia (Erick Thohir-red) memiliki visi yang jauh ke depan soal kemajuan sepak bola Indonesia.
“Beliau merupakan seorang yang sangat cinta kepada persepakbolaan Indonesia, beliau juga seorang negarawan yang berdedikasi dan berintegritas tinggi, seorang yang punya visi jauh ke depan, dan kapasitas manajemen yang sudah tidak perlu diragukan lagi,” akuinya.
“Tugas kita semua hanya tinggal mengawal, karena tugas ini adalah tugas yang berat, butuh keterlibatan semua pihak termasuk para suporter dan masyarakat,” sambungnya.
Dewi juga optimis, jika kerja-kerja satgas bentukan Erick Thohir ini berhasil membersihkan praktik korupsi dan pengaturan skor di tubuh PSSI, maka sudah dipastikan Indonesia bisa bersaing di kancah internasional.
“Terkait untuk bisa bersaing di kancah internasional tentunya itu adalah cita-cita kita semua yang harus dicapai secara bertahap," ujarnya.