REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin pernah merasa tiba-tiba dijauhi oleh suami atau istri, atau anggota keluarga yang sebelumnya memiliki hubungan dekat. Tindakan ini dikenal dengan nama estrangement atau pengasingan.
Bila mengacu pada American Psychological Association, estrangement didefinisikan sebagai penurunan signifikan atau bahkan pemutusan kontak dengan individu yang sebelumnya memiliki hubungan erat. Penurunan atau pemutusan kontak ini dilakukan karena sikap apatis atau antagonisme.
"(Individu tersebut) contohnya pasangan atau anggota keluarga," jelas American Psychological Association, seperti dilansir laman USA Today.
Pengasingan atau estrangement berbeda dengan ghosting. Alasannya, ghosting cenderung dilakukan pada individu yang belum begitu dekat atau belum berhubungan lama. Termasuk atau tidak termasuknya estrangement sebagai bentuk penyiksaan dalam hubungan akan sangat bergantung pada niat si pelaku.
Estrangement tidak termasuk sebagai bentuk penyiksaan dalam hubungan bila itu dilakukan demi kebaikan. "Ada kalanya ketika seseorang menjauh dari orang lain atau keluarga dengan tujuan ingin merawat diri dan perlu melindungi kesehatan mentalnya," kata terapis pernikahan dan keluarga berlisensi dari LifeStance Health, Leanna Stockard.
Akan tetapi, estrangement juga bisa menjadi sebuah bentuk penyiksaan atau abuse dalam sebuah hubungan bila itu dilakukan dengan tujuan menyakiti. Sebagai contoh, seseorang melakukan estrangement dengan tujuan untuk memanipulasi emosi serta mental orang lain dan/atau untuk mengontrol orang lain.
"Secara umum, abuse dimotivasi oleh keinginan untuk menguasai dan mengontrol pasangan (atau orang lain)," kata Stockard.
Dalam bentuk penyiksaan atau abuse, estrangement bisa terwujud dalam beberapa bentuk tindakan. Sebagian di antaranya adalah memberikan silent treatment atau tak mau bicara selama beberapa hari bahkan pekan atau menarik diri seutuhnya secara emosional sebagai bentuk "hukuman" atas "kesalahan" yang dilakukan oleh pasangan atau keluarga.
Tujuan penyiksaan dengan estrangement ini adalah untuk membuat korban merasa cemas dan/atau bersalah atas hal yang terjadi dalam sebuah hubungan. Dengan begitu, korban akan memikul tanggung jawab atas sesuatu yang mungkin bukan kesalahan korban.
Apa yang perlu dilakukan bila mengalami penyiksaan dalam hubungan?
Bila terjebak dalam sebuah hubungan yang abusive, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh korban untuk mendapatkan bantuan. Salah satunya adalah meminta dukungan dari orang yang dapat menjadi support system.
"Orang-orang ini juga bisa membantu memberikan sudut pandang orang ketiga dan melihat hubungan Anda dari sudut pandang yang baru, atau memberikan masukan berdasarkan pengalaman hidup mereka yang relevan dengan kondisi Anda," kata Stockard.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah menghubungi hotline yang mungkin bisa membantu. Kontak-kontak hotline ini bisa ditemukan dengan mudah melalui mesin pencarian google. Salah satu di antaranya adalah hotline P2TP2A DKI Jakarta yaitu 081317617622.
"Layanan-layanan seperti ini bisa membantu Anda membuat rencana yang aman untuk meninggalkan hubungan Anda saat ini dengan cara yang aman," ujar Stockard.
Yang tak kalah penting untuk dilakukan oleh korban adalah berkonsultasi dengan terapis atau konselor yang memiliki spesialisasi di bidang penyiksaan dalam hubungan. Dengan konsultasi seperti ini, terapis atau konselor dapat membantu memperbaiki kembali emosi korban serta membangun kepercayaan diri korban yang mungkin hilang akibat abuse dalam hubungan.