REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Co-Founder dan CEO Shafiq Kevin Syahrizal mengungkapkan hingga kuartal pertama 2023, Shafiq mengalami pertumbuhan disbursement atau pencairan pendanaan yang relatif baik. Shafiq mengalami pertumbuhan disbursement mencapai 418,60 persen year on year (yoy) atau sebesar Rp 59,92 miliar.
"Prospek ke depan tentunya masih cukup besar, khususnya pasar di Indonesia," ujar Kevin kepada Republika, Kamis (5/4/2023).
Saat ini, Shafiq melihat pasar di Indonesia dari dua sisi. Pertama, dari sisi yang membutuhkan pendanaan, jumlah UMKM di Indonesia sangat besar mencapai 64 juta dan terus mengalami pertumbuhan lantaran adanya selisih untuk mengakses pendanaan yang masih besar. Kemudian, yang kedua dari sisi pemilik dana atau pemodal.
"Jika kita melihat antusiasme masyarakat untuk berinvestasi ini sangat besar, salah satunya kita bisa melihat data yang dirilis oleh Satgas OJK bahwa jumlah kerugian dari investasi bodong (yang tidak berizin) itu mencapai lebih dari Rp 120 triliun. Angka ini sangat besar dibandingkan target yang ingin dicapai oleh industri fintech, apalagi Shafiq," tuturnya.
Jika berbicara segmen syariah, pasar di Indonesia saat ini sedang bertumbuh dan potensinya dinilai sangat besar. Ini karena lebih dari 85 persen penduduk Indonesia merupakan masyarakat Muslim. Tantangan utamanya saat ini masih seputar pemahaman masyarakat tentang ekonomi dan keuangan syariah.
"Kita bisa melihat angka indeks literasi keuangan syariah yang dirilis oleh Bank Indonesia sangat kecil sekali, baru mencapai 9,1 persen dibandingkan dengan literasi keuangan nasional yang mencapai 49 persen," ungkapnya.
Oleh karena itu, salah satu yang menjadi fokus prioritas Shafiq adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang keuangan syariah yang benar. Khususnya , menyasar generasi milenial dan generasi Z melalui kanal media sosial seperti Youtube, Instagram, Facebook, TikTok, dan lainnya.
"Kami berupaya memberikan pemahaman mengenai investasi yang benar dan tidak melanggar syariat sehingga diharapkan generasi kita ke depannya tidak mudah tertipu dengan iming-iming investasi bodong yang merugikan masyarakat," tuturnya.