Kamis 04 May 2023 17:14 WIB

Bunga The Fed Naik, Ekonom: Picu Inflasi Makin Melonjak

Dampaknya akan ditentukan bagaimana respons kebijakan pemerintah.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Konferensi pers oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell ditampilkan di lantai Bursa Efek New York di New York, Rabu, 3 Mei 2023. Federal Reserve memperkuat perjuangannya melawan inflasi tinggi pada Rabu dengan menaikkan suku bunga utamanya sebesar seperempat -menunjuk ke level tertinggi dalam 16 tahun.
Foto: AP Photo/Seth Wenig
Konferensi pers oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell ditampilkan di lantai Bursa Efek New York di New York, Rabu, 3 Mei 2023. Federal Reserve memperkuat perjuangannya melawan inflasi tinggi pada Rabu dengan menaikkan suku bunga utamanya sebesar seperempat -menunjuk ke level tertinggi dalam 16 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Reform on Economics (Core) menilai kenaikan suku bunga the Fed memicu kenaikan laju inflasi di Indonesia. Hal itu karena terjadinya capital outflow di pasar keuangan.

Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan dampak ke Indonesia akan ditentukan bagaimana pasar terutama pasar keuangan akan merespons kenaikan kebijakan suku bunga acuan yang dilakukan oleh the Fed.

Baca Juga

“Umumnya, jika the Fed menaikkan suku bunga, bank sentral negara berkembang termasuk di dalamnya Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya capital outflow di pasar keuangan, berpotensi mendorong kenaikan inflasi,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Kamis (4/5/2023).

Namun demikian, menurut Rendy, tidak seluruh kesempatan akan sama, artinya selama nilai tukar, dalam konteks ini laju rupiah, tidak melemah secara signifikan dalam waktu pendek. “Maka respons Bank Indonesia juga saya pikir tidak serta merta akan menaikkan suku bunganya. Dalam kondisi saat ini, inflasi masih berada tren penurunan, setidaknya dari awal Januari, kalau kita lihat dari nilai tukar saat ini juga berada pada tren penguatan,” ucapnya.

“Belum lagi jika dilihat dari risiko pasar keuangan AS yang relatif belum stabil. Alhasil pasar keuangan masih melihat pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia relatif prospektif,” ucapnya.

Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan target suku bunga acuan Amerika Serikat sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen ke kisaran lima persen — 5,25 persen atau level tertinggi 16 tahun terakhir. Dalam pernyataan resmi setelah menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 2-3 Mei 2023, seperti dikutip dari situs resminya, The Fed mengatakan inflasi Amerika Serikat masih tetap tinggi dan ekonomi Amerika Serikat tumbuh dalam kecepatan sedang sepanjang kuartal I 2023.

Apabila membandingkan dengan pernyataan The Fed saat FOMC Meeting pada 21-22 Maret 2023, maka optimisme The Fed soal ekonomi Amerika Serikat tampak luntur atau meredup. Sepanjang 2023, masih tersisa lima kali pertemuan FOMC, yaitu 13-14 Juni, 25-26 Juli, 19-20 September, 31 Oktober-1 November, dan 12-13 Desember. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement