Kamis 04 May 2023 23:03 WIB

Lonjakan Kasus Covid-19 di Garut Diprediksi Terjadi Hingga Juni

Secara umum kasus Covid-19 di Kabupaten Garut saat ini masih aman dan terkendali.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Pemudik berada di dalam bus di Jalan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (19/4/2023) lalu. Kasus Covid-19 di Kabupaten Garut saat ini mengalami peningkatan. (ilustrasi)
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pemudik berada di dalam bus di Jalan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (19/4/2023) lalu. Kasus Covid-19 di Kabupaten Garut saat ini mengalami peningkatan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kasus Covid-19 di Kabupaten Garut terus mengalami peningkatan pascalebaran. Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut per Kamis (4/5/2023), total terdapat 159 kasus aktif. Sebanyak 127 orang menjalani isolasi mandiri dan 32 orang isolasi di rumah sakit. 

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Asep Surachman mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini merupakan dampak dari mobilitas masyarakat selama libur Lebaran. Pasalnya, selama momen liburan itu banyak masyarakat yang datang ke Kabupaten Garut, baik untuk mudik maupun berwisata.

Baca Juga

Mobilitas masyarakat yang tinggi tersebut diperparah dengan minimnya kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan. Sementara di Kabupaten Garut masih terdapat banyak masyarakat rentan yang belum melakukan vaksinasi Covid-19 lengkap, bahkan belum menjalani vaksinasi sama sekali. 

"Alhasil, banyak masyarakat yang terkonfirmasi positif," kata Asep saat dihubungi Republika, Kamis sore.

Ia memprediksi, lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Garut masih akan meningkat hingga pertengahan Juni 2023. Prediksi itu didasari masa inkubasi virus corona dalam tubuh manusia. Selain itu, data empiris peningkatan kasus pascalebaran selalu menunjukkan hal serupa. 

"Setelah itu baru akan melandai kembali," kata dia.

Menurut Asep, secara umum kasus Covid-19 di Kabupaten Garut saat ini masih aman dan terkendali. Kendati demikian, pernyataan itu bukan berarti masyarakat abai akan protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi. 

"Jangan disalahartikan untuk seenaknya. Tetap menerapkan prokes dan vaksinasi," ujar dia.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut per hari ini, dalam sehari terakhir terdapat penambahan sebanyak 18 kasus positif. Mayoritas yang terpapar Covid-19 adalah lansia.

Upaya penanganan

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut disebut telah melakukan sejumlah langkah penanganan untuk mengatasi lonjakan kasus Covid-19. Menurut Asep, langkah pertama yang dilakukan adalah meningkatkan upaya survailans. 

"Jadi setiap petugas di puskesmas diminta mewaspadai gejala setiap pasien yang datang. Apalagi, varian saat ini ada juga gejala mata merah dan keluar air. Ketika ada pasien bergejala Covid-19, langsung dilakukan tes swab," kata dia. 

Selain itu, pasien yang hendak masuk ruang instalasi gawat darurat (IGD) atau ibu hamil mau bersalin harus diswab terlebih dahulu. Tak hanya itu, pasien yang hendak dirujuk ke rumah sakit juga harus diswab.

Asep menambahkan, langkah penanganan kedua adalah melakukan kembali tata laksana penanganan pasien Covid-19. Artinya, pasien Covid-19 bergejala sedang hingga berat atau memiliki komorbid harus dirawat di rumah sakit. Sementara pasien tak bergejala atau bergejala ringan dapat isolasi mandiri di rumah, asalkan rumahnya memenuhi syarat untuk isolasi mandiri.

"Tenaga kesehatan juga akan terus melakukan pemantauan terhadap pasien isolasi mandiri," kata dia.

Langkah ketiga adalah dengan kembali menggencarkan testing, tracing, dan tracking. Artinya, tenaga kesehatan akan melakukan pelacakan setiap ada kasus positif.

"Setiap satu kasus, dicari minimal 10 orang kontak erat," ujar Asep.

Langkah keempat yang dilakukan adalah pelaksanaan vaksinasi kembali digencarkan. Kabupaten Garut sendiri sudah mendapatkan distribusi vaksin, meski baru 1.000 dosis. Karenanya, jumlah vaksin yang terbatas itu sementara difokuskan di beberapa puskesmas, terutama di wilayah perkotaan.

Terakhir, menurut Asep, pihaknya juga sudah mengeluarkan surat perintah ke rumah sakit rujukan milik pemerintah untuk menambah tempat tidur isolasi. "RSUD dr Slamet diminta menambah 75 tempat tidur, RSUD Pameungpeuk 30 tempat tidur, dan RS TNI 25 tempat tidur. Sementara kami fokuskan di rumah sakit pemerintah dulu. Apabila terus melonjak, kami akan minta swasta juga kembali membuka ruang isolasi," kata dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement