REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Rusia menyeru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar mengecam rencana Inggris memasok amunisi uranium habis atau amunisi dengan uranium kadar isotop rendah (depleteduranium) ke Ukraina.
"Orang mendapat kesan bahwa Sekretariat PBB siap 'tutupmata' terhadap tindakan sekutu Barat apa pun dalam mendukung rezim Ukraina, padahal faktanya tindakan itu bisa menimbulkan akibat serius, termasuk dari sudut pandang bahaya radiologi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Kamis (4/5/2023) waktu setempat.
Rusia menilai amunisi semacam itu pernah digunakan AS di Yugoslavia dan Irak yang bisa memicu munculnya penyakit-penyakit berbahaya, termasuk kanker.
Zakharova juga menyebut Parlemen Eropa sudah berulang kali mengadopsi resolusi yang meminta moratorium segera penggunaan amunisi jenis ini, tetapi Barat berusaha tidak lagi mengangkat topik tersebut.
"Kita menjadi terbiasa dengan sikap standar ganda dan tipu daya negara-negara blok Barat, tetapi sangatlah kecewa jika Sekretariat PBB juga menutup-nutupi akibatnegatif pasti dari penggunaan amunisi uranium habis," kata Zakharova.
Ia menegaskan bahwa bahwa Inggris harus dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya yang sembrono. Pada akhir Maret, Inggris mengumumkan akan memasok amunisi uranium habis ke Ukraina yang dikritik keras oleh Rusia.
Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Farhan Haq menyuarakan keprihatinan atas keputusan Inggris itu."Anda sudah mengetahui kekhawatiran yang telah kami sampaikan bertahun-tahun mengenai penggunaan uranium habis mengingat akibat menggunakan amunisi ini. Dan kekhawatiran itu berlaku untuk siapa saja yang memproduksi senjata seperti itu," tutur Haq.
Inggris sendiri membela diri dengan mengatakan uranium habis ke Ukraina adalah komponen standar.
Inggris menuding Rusia sengaja melakukan disinformasi.