REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Gerhana bulan penumbra akan terjadi pada 5-6 Mei 2023. Peristiwa gerhana ini dapat diamati dari wilayah Indonesia.
Mungkin beberapa dari Anda penasaran seperti apa gerhana bulan penumbra pada 5 Mei ini? Dilansir dari Starwalk Space, Jumat (5/5/2023), selama gerhana penumbra, Bulan tampak lebih sedikit redup.
Perbedaannya hampir tidak terlihat dengan mata telanjang, terutama jika langit mendung atau atmosfer tercemar. Mendekati titik tengah gerhana, permukaan Bulan bisa menjadi gelap dan berwarna kecokelatan. Warna Bulan bukan putih mutiara seperti biasanya.
Selama gerhana Bulan penumbra, hanya sebagian cakram bulan di dalam bayangan penumbra yang menjadi gelap. Pada 5 Mei 2023, sebagian besar cakram bulan akan tertutup. Gerhana Bulan penumbra dalam berikutnya akan terjadi pada September 2042.
Selain itu, para astronom menggunakan istilah “magnitudo gerhana” saat mengukur kedalaman gerhana. Magnitudo gerhana merupakan sebagian kecil dari diameter Bulan yang tertutup oleh bayangan Bumi.
Karena Bumi memiliki dua jenis bayangan, gerhana bulan memiliki dua jenis besaran. Yaitu, umbra dan penumbra. Keduanya dihitung pada contoh gerhana terbesar.
Gerhana bulan penumbra pada 5 Mei akan memiliki magnitudo umbral -0,046 dan magnitudo penumbral 0,9655. Dengan kata lain, bulan akan jatuh cukup jauh ke dalam penumbra, hanya melewatkan umbra.
Sementara itu dilansir dari tulisan astronom Himpunan Astronomi Indonesia (HAI) Widya Sawitar bahwa proses gerhana bulan penumbra mulai pada pukul 22.14 WIB dan berakhir pada pukul 02.31 WIB. Melihat kondisi mulai gerhana, di Jakarta misalnya, bisa melihat fenomena gerhana bulan penumbra sejak awal hingga berakhir selama 4 jam 17 menit 31 detik.
Dia kemudian menuliskan bahwa secara umum untuk orang awam, jenis gerhana seperti ini agak sulit terbedakan apakah sudah gerhana atau belum. Ini karena Bulan hanya memasuki bayang-bayang samar atau penumbra Bumi.
Selanjutnya disebutkan bahwa gerhana bulan penumbra aman disaksikan dengan mata telanjang termasuk dengan alat bantu optik (binokuler atau teleskop). Tidak berbahaya bagi kesehatan mata.
Namun, waktu melihat dengan alat bantu optik dan mengamati Bulan dalam fase purnama hasilnya cukup menyilaukan sehingga tidak disarankan berlama-lama melihatnya terlebih cuaca cerah. Ini memiliki dampak terlalu silau juga membuat tidak nyaman (kadang pusing) bagi sebagian.
Di sisi lain, gerhana bulan penumbra ini termasuk dalam kategori seri Saros 141, Ini juga merupakan gerhana ke-24 dari total 73 kali dalam seri tersebut.
Gerhana seri Saros 141 yang ke-25 akan terjadi kisaran 18 tahun lagi yaitu, 16 Mei 2041 dengan jenis gerhana bulan parsial.