Jumat 05 May 2023 21:46 WIB

Islamofobia di India Dipicu Penyebaran Informasi Salah

Informasi salah menyebut Muslim melipatgandakan populasi untuk menguasai India.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
 Wanita Muslim India berhijab membeli ikan di pasar lokal di Mumbai, India, 13 Oktober 2022. Islamofobia di India Dipicu Penyebaran Informasi Salah
Foto: EPA-EFE/DIVYAKANT SOLANKI
Wanita Muslim India berhijab membeli ikan di pasar lokal di Mumbai, India, 13 Oktober 2022. Islamofobia di India Dipicu Penyebaran Informasi Salah

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Seorang pemengaruh (influencer) media sosial di India Amit Upadhyay rutin menyebarluaskan informasi data demografis tentang Muslim yang salah.

Dilansir di Arab News, Rabu (3/5/2023), dia mengatakan tetangga Muslimnya memiliki terlalu banyak bayi, jadi wanita Hindu memiliki tanggung jawab untuk memiliki anak lebih banyak dari wanita Muslim.

Baca Juga

Pedagang obat tersebut menyebarluaskan data demografis palsu untuk mengklaim bahwa negara tersebut sedang diubah menjadi negara Islam. Bagi mereka, pengumuman bulan lalu bahwa India telah mengambil alih China sebagai menjadi negara terpadat di dunia bukanlah alasan untuk dirayakan, tetapi seruan untuk bertindak.

"Saya memberi tahu semua klien Hindu saya untuk menghasilkan lebih banyak anak, untuk melawan Muslim atau mereka akan menjadi ancaman dan pada akhirnya menghapus agama Hindu dari India" kata Upadhyay, yang di waktu luangnya mengumpulkan halaman Facebook populer dari rumahnya di negara bagian Uttar Pradesh.

Upadhyay secara teratur menerbitkan postingan Islamofobia yang dibagikan secara luas kepada hampir 40 ribu pengikutnya. Satu postingan di bulan April memperingatkan dugaan plot Muslim untuk melipatgandakan populasi mereka untuk menguasai India.

India adalah rumah bagi 1,4 miliar orang, termasuk sekitar 210 juta Muslim, tetapi angka kelahiran telah menurun selama beberapa dekade terakhir seiring dengan tren global. Survei Kesehatan Keluarga Nasional terakhir negara itu pada tahun 2021 menunjukkan tingkat kesuburan keseluruhan dua anak per wanita, naik sedikit menjadi 2,3 untuk wanita muslim.

Perkiraan yang dikeluarkan pada tahun yang sama dari Pew Research Center mengatakan komunitas muslim India akan tumbuh menjadi 311 juta pada 2050. Namun, meskipun pangsa mereka meningkat dalam populasi nasional, Muslim akan tetap menjadi minoritas kecil di negara berpenduduk 1,7 miliar orang pada pertengahan tahun ini, menurut proyeksi think tank yang berbasis di AS.

Namun, hal itu tidak menghentikan penyebaran disinformasi viral di Facebook, WhatsApp, dan platform media sosial lainnya yang mengklaim India akan segera menjadi negara mayoritas Muslim. Satu posting Facebook dengan sinis menyambut berita bahwa populasi India telah menyusul China dengan berterima kasih kepada Muslim karena masing-masing menghasilkan 5-10 anak.

Unggahan lain di Twitter mengatakan agama Hindu akan segera hilang dari India, sementara mayoritas Muslim akan menggantikan konstitusi negara dengan hukum Islam. Teori konspirasi yang menyatakan plot Muslim untuk mengamankan supremasi numerik agama di India telah menjadi bahan pokok ideolog nasionalis Hindu selama bertahun-tahun.

Teori serupa tentang imigran dan minoritas yang menggantikan populasi mayoritas juga dianut oleh sayap kanan di negara lain. Kadang-kadang teori-teori tersebut digunakan oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) Perdana Menteri Narendra Modi, yang telah mendominasi politik nasional sebagian melalui daya tariknya yang kuat bagi mayoritas Hindu di negara itu.

Anggota parlemen BJP Rakesh Sinha memperkenalkan ke parlemen RUU pengendalian populasi pada tahun 2019 yang mengusulkan untuk membatasi semua rumah tangga India menjadi dua anak, dengan mengumpulkan dukungan dari 125 anggota parlemen lainnya.

RUU itu ditarik setelah para kritikus menuduh Sinha menargetkan Muslim ketika dia memberikan pidato tentang perbedaan yang mencolok antara angka kelahiran Hindu dan Muslim tuduhan yang dia bantah. Pengumuman PBB pada April bahwa India sekarang menjadi rumah bagi lebih banyak orang daripada negara lain mana pun di planet ini telah menghidupkan kembali klaim tersebut.

“Umat Hindu akan menikah sekali dan memiliki dua anak,” kata Ishwar Lal, seorang anggota kelompok nasionalis Hindu yang berafiliasi dengan BJP, dalam pidato publik setelah pengumuman tersebut.

Dia menyebut orang Islam menikah empat kali dan memiliki banyak anak sehingga bisa memiliki tim kriket sendiri. Pada bulan yang sama, di kaki bukit Himalaya, sebuah khutbah agama mendesak kerumunan umat Hindu untuk melakukan serangan balasan demografis mereka sendiri.

Dari dua anak, umat Hindu turun menjadi satu anak. Ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam populasi.

"Solusi ketidakseimbangan ini adalah memiliki tiga anak. Satu untuk melayani bangsa, satu untuk mengurus rumah tangga, dan satu untuk melayani agama dengan menjadi seorang imam," kata pendeta Ravindra Puri kepada ratusan orang di Haridwar.

Mantan ketua pemilu India, SY Quraishi, telah banyak menulis tentang penyebaran disinformasi tentang angka kelahiran Muslim di negara itu. Dia mengatakan bahwa klaim muslim akan segera menjadi agama mayoritas di India telah terbukti menjadi alat propaganda yang menonjol bagi kaum nasionalis Hindu.

“Mereka terus memprovokasi umat Hindu untuk menghasilkan lebih banyak anak dengan menciptakan ketakutan bahwa umat Islam akan melebihi jumlah mereka,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement