Ahad 07 May 2023 14:11 WIB

Bau Menyengat Minyak Hitam dan Sisa Harapan di Balik Pencemaran Pantai Batam

Tumpahan minyak di Pantai Batam picu pencemaran

Rep: Eva Rianti/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah petugas patroli Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) membersihkan tepi pantai dari limbah minyak hitam di Pantai Melayu, Batu Besar, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (5/3/2023). Limbah minyak hitam tersebut berasal dari jalur pelayaran dan terbawa arus laut ke tepian pantai.
Foto: Antara/Teguh Prihatna
Sejumlah petugas patroli Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) membersihkan tepi pantai dari limbah minyak hitam di Pantai Melayu, Batu Besar, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (5/3/2023). Limbah minyak hitam tersebut berasal dari jalur pelayaran dan terbawa arus laut ke tepian pantai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Pantai Melayu, Batu Besar, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) dikabarkan tercemar limbah minyak hitam sejak Rabu (3/5/2023) dan berdampak mengganggu aktivitas warga, terutama nelayan untuk melaut. Kondisi pantai tersebut kini perlahan dibersihkan, namun warga turut mengeluhkan bau menyengat.

Salah satu warga Batam yang juga pengunjung Pantai Melayu, Eko (25 tahun) bercerita telah mengunjungi Pantai Melayu pada Sabtu (6/5/2023) pagi. Belum sampai ke bibir pantai, dia mengaku mencium semerbak bau menyengat.

Baca Juga

Menurut pengamatannya, pada Sabtu (6/5) sekira pukul 08.00 WIB, air di Pantai Melayu sudah tampak tak banyak dicemari warna hitam dari limbah minyak. Namun, bau minyak hitam dinilai yang paling kentara dirasakannya.

"Sudah tidak terlihat adanya warna hitam limbah minyaknya. Tapi baunya masih, terasa banget baunya, seperti bau oli. Jarak 3 meter dari bibir pantai saja sudah terasa menyengat, apalagi ketika ada minyak hitamnya di air pantainya," kata Eko saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Sabtu (6/5/2023).

Eko mengaku, baunya bahkan bisa tercium hingga ke parkiran kendaraan yang jaraknya sekitar 5-10 meter dari tepi pantai. Dia menyebut bau minyak hitam berhembus di sepanjang pantai yang ia lalui sepanjang puluhan meter.

Pria yang berprofesi sebagai fotografer lepas tersebut bercerita, saat berjalan-jalan di tepi pantai, dia mendapati ada sejumlah ember berukuran sekira 25 kilogram (kg) yang berisi limbah minyak hitam.

Baca juga: 22 Temuan Penyimpangan Doktrin NII di Pesantren Al Zaytun Menurut FUUI

Kondisi ember-ember itu penuh dengan minyak hingga membentuk bercak-bercak hitam di sisi luar ember. Di area ember-ember itu bersisihan dengan sampah-sampah dalam kantong hitam besar yang berantakan.

Kondisi itu, menurutnya, menunjukkan proses pembersihan limbah minyak hitam masih berlangsung. "Sepertinya masih dibersihkan. Dibersihkannya dengan alat manual atau sedotan gitu, ada ember dan plastik-plastik saya lihat," tutur nya.

Di lokasi yang sama, seorang nelayan yang juga merupakan warga kawasan Pantai Melayu, Baso mengungkapkan bahwa pembersihan memang telah dilakukan dalam beberapa hari terakhir ini sejak limbah itu menghantam kawasan pesisir. Hingga saat ini proses pembersihan disebut masih terus dilakukan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement