Ahad 07 May 2023 17:03 WIB

Jejak Pendidikan Agama Panji Gumilang yang Didapuk Syekh di Al Zaytun dan Respons MUI

Panji Gumilang menyebut dirinya syekh di hadapan para jamaahnya

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Pimpinan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Zaytun, Panji Gumilang. Panji Gumilang menyebut dirinya syekh di hadapan para jamaahnya
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Pimpinan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Zaytun, Panji Gumilang. Panji Gumilang menyebut dirinya syekh di hadapan para jamaahnya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Prof Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di media sosial.

Namanya mulai mencuat saat menyelenggarakan sholat Idul Fitri yang tak biasa di pesantrennya, di mana ada jamaah perempuan di shaf paling depan.

Baca Juga

Panji Gumilang atau biasa dipanggil Syekh Panji Gumilang dikenal sebagai seorang pendidik. Ia mulai membangun Pondok Pesantren Al-Zaytun pada 13 Agustus 1996. Akhir-akhir ini dia pun mengklaim bahwa dirinya menggunakan mazhab Soekarno. Lalu seperti apa jejak pendidikan agama Panji Gumilang?

Panji Gumilang lahir di Desa Sembung Anyar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, pada 30 Juli 1946. Masa kecilnya dilalui dengan belajar di Sekolah Rakyat (SR) di pagi hari dan belajar mengaji di langgar sore harinya.

Setelah selesai di SR, ia melanjutkan pendidikannya ke Pondok Modern Darussalam Gontor. Selesai dari Gontor pada 1966, ia melanjutkan ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Fakultas Adab Jurusan Sastra dan Kebudayaan Islam, dan aktif di HMI Cabang Ciputat.

Pada 24 Mei 2003, Panji Gumilang kemudian dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa bidang Management, Education and Human Resources oleh International Management Centres Association (IMCA)-Revans University, universitas action learning yang berbasis di Buckingham, Inggris dan Amerika Serikat.

Sebagai alumni UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Panji Gumilang pernah menjabat sebagai Ketua Ikatan Alumni UIN Syarif Hidyatullah selama dua periode pada 2006-2013. Dia juga sempat aktif menjadi Petugas Rabithoh 'Alam Islami yang ditugaskan di Majlis Ulama Islam Malaysia Sabah bagian Dakwah pada 1982-1989.

Selain itu, dia juga menjadi Presiden Perhimpunan Keluarga Besar Indonesia Sabah Malaysia (PERKISA) selama dua periode pada 1982-1989. Dalam beberapa terbitan, nama Panji Gumilang kerap dikaitkan dengan gerakan Darul Islam/NII KW9.

Baca juga: Pidato Panjang Panji Gumilang di Hadapan Jamaah Al Zaytun, Sebut Dirinya dengan Syekh

Namun, saat diwawancara, Panji Gumilang menanggapi dengan mengatakan bahwa persoalan NII menurut sejarah Indonesia sudah selesai pada 1962.

Dalam memimpin Al-Zaytun, Panji Gumilang didapuk sebagai seorang syekh. Bagaimana penggulanaan gelar ini dalam Islam?

Ketua MUI Pusat bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menjelaskan, syekh itu di dalam bahasa Arab merupakan sebutan untuk orang tertua. “Syekh itu dalam bahasa Arab sebutan tertua. Oleh karena itu, di surat Al Qasas ayat 23 disebutkan dengan syaikhun kabir, orang tua yang sudah lansia," ujar Kiai Cholil saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (7/5/2023).

Baca juga: 22 Temuan Penyimpangan Doktrin NII di Pesantren Al Zaytun Menurut FUUI

Tapi, lanjut Kiai Cholil? sebutan itu juga menunjukkan kehormatan. Dalam predikat ulama itu adalah syekh. Kemudian, syekh itu di dalam suku-suku di jazirah Arab juga dimaknai dengan kepala suku.

"Jadi kalau syekh Panji Gumilar berarti memang orang yang tertua. Jadi sebutan itu memang tidak ada spesifikasinya dan tidak ada soal pelanggaran dari orang yang menamai syekh," ucap Kiai Cholil.

"Yah..sekarang syekh itu memang tradisinya memang kepada ulama yang dihormati dan dituakan," tutupnya.    

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement