REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Nabi Muhammad SAW sangat baik akhlaknya, lembut hatinya dan penuh kasih sayang. Para sahabat Nabi Muhammad SAW menjadi saksi betapa baiknya akhlak Rasulullah SAW, sekalipun di hadapan orang jahat.
Seorang sahabat Nabi, Amru bin al-Ash bin Wa'il bin Hisyam menceritakan, Rasulullah SAW akan menyambut orang yang paling jahat dari suatu kaum dengan wajah dan pembicaraan yang hangat untuk menyenangkan mereka.
Amru bin al-Ash menceritakan, saat berbicara, Rasulullah SAW menghadapkan wajahnya kepadaku sehingga aku mengira bahwa aku adalah sebaik-baik orang dari sebuah kaum.
Karena perlakuan Nabi Muhammad SAW yang begitu akrab, Amru bin al-Ash bertanya, "Wahai Rasulullah, aku ataukah Abu Bakar yang lebih baik?" Rasulullah bersabda, "Abu Bakar."
Aku (Amru bin al-Ash) bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, aku ataukah Umar yang lebih baik?" Rasulullah bersabda, "Umar."
Untuk kesekian kalinya aku bertanya, "Wahai Rasulullah, aku ataukah Utsman yang lebih baik?" Rasulullah bersabda, "Utsman."
Mungkin apabila aku (Amru bin al-Ash) bertanya lagi kepada Rasulullah, (siapa yang paling baik). Mungkin Rasulullah akan membenarkanku. Maka timbullah penyesalan di dalam hatiku, seharusnya aku tidak bertanya lagi kepada beliau." (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan sanad-sanadnya hasan).
Kesaksian Amru bin al-Ash tersebut diceritakan dalam buku Syama'ilul Muhammadiyyah yang ditulis Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi atau yang dikenal Imam At-Tirmidzi.
Kisah yang diceritakan sahabat Nabi, Amru bin al-Ash tersebut menjelaskan betapa baiknya perlakuan Nabi Muhammad SAW kepada Amru bin al-Ash sehingga Amru bin al-Ash merasa menjadi orang terbaik dalam suatu kaum.
Baca juga: 22 Temuan Penyimpangan Doktrin NII di Pesantren Al Zaytun Menurut FUUI
Mungkin, karena itulah Amru bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah, dirinya atau Abu Bakar yang lebih baik.
Dikisahkan juga oleh Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW. Bahwa Rasulullah SAW bukan orang yang keji dan tidak membiarkan kekejian. Sebaliknya, Nabi Muhammad SAW suka memaafkan. Aisyah berkata:
لم يكن فاحشًا ولا مُتَفَحِّشًا ولا صَخَّابًا في الأسواقِ، ولا يَجْزِي بالسيئةِ السيئةَ، ولكن يَعْفُو ويَصْفَحُ
"Rasulullah bukanlah orang yang keji, beliau tidak membiarkan kekejian, tidak mengeluarkan suara keras di pasar-pasar, dan tidak membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan. Akan tetapi beliau suka memaafkan dan berjabat tangan." (Sahih HR Ahmad)