Senin 08 May 2023 06:07 WIB

Cina, Pakistan, dan Taliban Sepakat Perluas Belt and Road Initiative Ke Afghanistan

Belt and Road Initiative berpotensi menarik investasi miliaran dolar ke Afghanistan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Peta one belt one road, obor yang merupakan jalur sutra baru dinisiasi Cina
Foto: linkedin
Peta one belt one road, obor yang merupakan jalur sutra baru dinisiasi Cina

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban mencapai kesepakatan dengan Cina dan Pakistan untuk memperluas Belt and Road Initiative ke Afghanistan. Langkah ini berpotensi menarik investasi senilai miliaran dolar untuk mendanai proyek infrastruktur di Afghanistan.

Menteri Luar Negeri Cina, Qin Gang dan Menteri Luar Negeri Pakistan, Bilawal Bhutto Zardari bertemu di Islamabad pada Sabtu (6/5/2023). Mereka berjanji untuk bekerja sama dalam proses rekonstruksi Afghanistan termasuk membawa Koridor Ekonomi Cina-Pakistan senilai 60 miliar dolar AS ke negara yang dikuasai Taliban itu.

Baca Juga

“Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan bantuan kemanusiaan dan ekonomi mereka untuk rakyat Afghanistan dan meningkatkan kerja sama pembangunan di Afghanistan, termasuk melalui perpanjangan CPEC ke Afghanistan,” menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Pakistan, dilaporkan Bloomberg, Ahad (7/5/2023).

Para pejabat Cina dan Pakistan sebelumnya telah membahas perluasan proyek ke Afghanistan yang dibangun di bawah prakarsa Belt and Road yang menjadi andalan Presiden Xi Jinping. Taliban yang kekurangan uang telah menyatakan kesiapan untuk berpartisipasi dalam proyek itu agar mendapatkan investasi di sektor infrastruktur yang sangat dibutuhkan.

"Diplomat tertinggi Taliban, Amir Khan Muttaqi, melakukan perjalanan ke Islamabad untuk bertemu rekan-rekannya dari Cina dan Pakistan dan mencapai kesepakatan," kata wakil juru bicara Taliban, Hafiz Zia Ahmad.

Taliban juga menyimpan harapan terhadap Cina untuk meningkatkan investasi yang diperkirakan mencapai 1 triliun dolar AS. Pada Januari Taliban menandatangani kontrak pertamanya dengan anak perusahaan China National Petroleum Corporation untuk mengekstraksi minyak dari cekungan Amu Darya utara.

Cina dan Pakistan menekankan perlunya mencairkan aset keuangan Afghanistan di luar negeri. Taliban telah dilarang untuk mengakses cadangan bank sentral Afghanistan senilai 9 miliar dolar AS yang disimpan di luar negeri karena khawatir dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan teror.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement