REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kelak orang-orang yang telah meninggal akan diperlihatkan tempat-tempat yang menjadi kebiasaannya berkumpul bersama teman-temannya.
Bila dia biasa menghadiri majelis-majelis taklim, dzikir, shalawat, dan bergaul dengan orang-orang saleh serta dekat para ulama akan merasa bahagia ketika telah meninggal.
Dia akan diperlihatkan majelis-majelis yang pernah diikutinya kemudian diperlihatkan teman-teman, yakni orang-orang saleh yang selalu bersamanya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dia mendapati dirinya bersama orang-orang yang pada masa di dunia senantiasa menimba ilmu, berdzikir, bershalawat, dan dekat dengan ulama serta orang saleh.
Sebaliknya, para ahli maksiat, akan merasa sedih. Sebab ketika telah meninggal, ditampakkan padanya tempat maksiat yang sering dia kunjungi. Ditampakkan juga padanya, teman-temannya yang sering bersamanya dalam rangka bermaksiat.
Baca juga: 22 Temuan Penyimpangan Doktrin NII di Pesantren Al Zaytun Menurut FUUI
Orang-orang yang ketika hidup di dunianya biasa berkumpul dengan para ahli maksiat, dan dia pun berkumpul dalam rangka mengikuti maksiat itu, bukan untuk meluruskan para pelaku maksiat, maka kelak ketika telah meninggal dia akan mendapati kesedihan pada dirinya sebab orang-orang di sekelilingnya adalah golongan ahli maksiat. Sebagaimana dijelaskan Imam Qurthubi dalam kitab at-Tadzkirah menukil keterangan Ibnu Mubarak:
وروى ابن المبارك وسفيان عن ليث عن مجاهد قال: ما من ميت إلا يعرض عليه أهل مجالسه الذين كان يجالس إن كانوا أهل لهو فأهل اللهو وإن كانوا أهل ذكر فأهل ذكر
“Dan diriwayatkan oleh Ibnu Mubarak dan Sufyan dari Laits dari Mujahid, dia berkata, "Tidaklah orang yang telah meninggal kecuali akan diperlihatkan keadaan tempat berkumpulnya dan teman yang diikutinya saat di dunia. Jika tempat berkumpul yang diikutinya adalah tempat yang lalai, maka dia termasuk golongan orang yang lalai. Apabila tempat kumpul yang diikutinya itu adalah majelis yang selalu berdzikir mengingat Allah, dia termasuk golongan orang-orang yang berdzikir.” Wallahu'alam.