REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tuan rumah SEA Games sering kali sesukanya memasukkan cabang olahraga (cabor) dan nomor pertandingan demi meraih banyak medali emas dan menjadi juara umum. Meski, cabang olahraga tersebut tidak dipertandingkan di event lebih atasnya, yakni Asian Games atau bahkan Olimpiade.
"Iya betul, sekarang SEA Games menguntungkan tuan rumah. Selama ini SEA Games terkesan suka-suka tuan rumah," kata Pakar Manajemen Prestasi Olahraga Djoko Pekik kepada Republika.co.id, Senin (8/5/2023).
Pada SEA Games 2023, tuan rumah Kamboja memasukkan cabor baru, yakni chess xiangqi, xhess chaktrong, kun bukator, kun khmer, dance sports, floor ball, teqbal, dan obstacle Race. Tuan rumah saat ini memimpin sementara klasemen perolehan medali dengan 29 emas, 21 perak, dan 21 perunggu.
Djoko menyebut, SEA Games semestinya dijadikan ajang multi-event yang bertujuan untuk target lebih tinggi. Sehingga, penentuan cabor SEA Games harus nyambung dengan event di atasnya, yakni Asian Games dan Olimpiade.
Perhelatan SEA Games sejatinya dijadikan sebagai ajang persiapan bagi para atlet Asia Tenggara menuju Asian Games dan puncaknya Olimpiade. "Kita sarankan SEA Games yang merupakan ajang multi-event, bertujuan ikut lebih tinggi, sehingga harus nyambung penentuan cabor dengan yang di atasnya Asian Games dan Olimpiade," ujarnya.
Djoko pun menyarankan SEA Games membangun sebuah sistem seperti Asian Games. Yakni SEA Games wajib menentukan olahraga wajibnya apa saja, mesti ada hak istimewa tuan rumah menentukan cabor.
"Syukur bisa seperti Olimpiade hanya 28 cabor, yang kemudian di Olimpiade Jepang berkembang 33 cabor. Namun, itu keputusan semua anggota IOC," ujarnya. "Pihak terkait merumuskan regulasi penentuan cabor wajib seperti apa dari sisi peserta juga batas minimal 8 negara dari 11 negara ASEAN yang ada. Semoga ke depan lebih baik."