REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di antara hadits Nabi Muhammad SAW, ada yang berisi tentang nasihat Nabi SAW kepada orang yang meminta-minta kekuasaan. Lantas bagaimanakah pandangan Islam terhadap orang yang demikian itu?
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Samurah RA, dia berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Wahai Abdurrahman, janganlah meminta-minta untuk menjadi pembesar negara. Karena jika engkau jadi pembesar karena permintaan, tanggung jawabmu akan besar sekali. Jika engkau diangkat tanpa permintaan, engkau akan ditolong orang dalam tugasmu." (HR Muslim)
Riwayat lain, dari Abu Musa RA, disebutkan bahwa dia datang menemui Nabi Muhammad SAW bersama dua orang laki-laki anak pamannya. Satu dari dua orang lelaki itu menyampaikan permintaannya untuk diangkat sebagai amir (pemimpin) di salah satu daerah yang dikuasakan Allah kepada Nabi SAW.
Seorang lagi juga berkata demikian. Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda, "Demi Allah, aku tidak akan mengangkat seseorang untuk memangku suatu jabatan, (yaitu) orang yang meminta-minta supaya ia diangkat, bahkan tidak pula orang yang mengharap-harap (berambisi) untuk itu (mendapat kekuasaan)." (HR Muslim)
Dalam hadits lain, yang diriwayatkan dari Abu Dzar RA, dia pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW. "Wahai Rasulullah SAW, apakah engkau tidak hendak mengangkatku (untuk memegang suatu jabatan pemerintahan)?"
Kemudian Nabi SAW menepuk bahu Abu Dzar RA dengan tangan beliau, sambil bersabda, "Wahai Abu Dzar, engkau ini lemah. Pekerjaan (pada sebuah jabatan pemerintahan) itu adalah amanah, yang pada hari kiamat kelak dipertanggungjawabkan dengan risiko penuh kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang memenuhi syarat dan dapat melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya dengan baik." (HR Muslim)
Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari menyampaikan, orang yang meminta-minta kekuasaan dengan tamak, maka ia tidak akan mendapat pertolongan Allah SWT. "Siapa yang mencari kekuasaan dengan begitu tamaknya, maka ia tidak ditolong oleh Allah."