Selasa 09 May 2023 06:15 WIB

Menlu Cina: Sangat Penting Stabilkan Hubungan dengan AS

Kata-kata dan perbuatan yag salah antarkedua negara buat hubungan terus memburuk

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang mengatakan pada Senin (8/5/2023), bahwa sangat penting untuk menstabilkan hubungan Cina-AS.
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang mengatakan pada Senin (8/5/2023), bahwa sangat penting untuk menstabilkan hubungan Cina-AS.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang mengatakan pada Senin (8/5/2023), bahwa sangat penting untuk menstabilkan hubungan Cina-AS. Hal ini ia sampaikan setelah serangkaian kata-kata dan perbuatan yang salah antar kedua negara membuat hubungan kembali membeku.

Qin, dalam sebuah pertemuan di Beijing dengan duta besar AS Nicholas Burns, menekankan secara khusus bahwa Amerika Serikat harus memperbaiki penanganannya terhadap masalah Taiwan dan menghentikan pengabaian prinsip "satu Cina".

Hubungan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini merosot ke titik terendah tahun lalu, ketika ketua DPR Nancy Pelosi melakukan kunjungan resmi ke Taiwan, negara pulau yang diperintah secara demokratis. Langkah Pelosok ini, membuat marah Cina, yang mengklaim pulau itu sebagai wilayahnya.

Sebagai tanggapan, Beijing memutuskan jalur komunikasi formal dengan Amerika Serikat, termasuk jalur komunikasi antara militer kedua negara. Ketegangan antara kedua negara adidaya ini mereda di bulan November, ketika pemimpin AS dan Cina, Joe Biden dan Xi Jinping, bertemu di KTT G20 di Indonesia tahun lalu. Keduanya berjanji untuk berdialog lebih sering.

"Serangkaian kata-kata dan tindakan yang keliru oleh Amerika Serikat sejak saat itu telah merusak momentum positif yang telah dicapai dengan susah payah dalam hubungan Cina-AS," kata Qin kepada Burns, demikian ungkap kementerian luar negeri Cina dalam sebuah pernyataan.

"Agenda dialog dan kerja sama yang disepakati oleh kedua belah pihak telah terganggu, dan hubungan antara kedua negara sekali lagi mengalami kebekuan," terangnya.

Ketegangan meningkat pada bulan Februari ketika sebuah balon udara Cina muncul di wilayah udara AS dan sebagai tanggapannya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membatalkan kunjungan ke Beijing.

Minggu lalu, Blinken tampaknya menawarkan harapan untuk melakukan kunjungan, mengatakan kepada Washington Post bahwa penting untuk membangun kembali jalur komunikasi reguler di semua tingkatan.

Pada minggu lalu, utusan iklim AS John Kerry juga mengatakan bahwa Cina telah mengundangnya untuk berkunjung dalam waktu dekat. Kunjungan ini untuk melakukan pembicaraan mengenai pencegahan krisis iklim global, yang semakin meningkatkan harapan untuk mengatur ulang salah satu hubungan antar negara yang paling penting di dunia.

"Prioritas utama adalah untuk menstabilkan hubungan Cina-AS, menghindari kemerosotan dan mencegah terjadinya kecelakaan antara Cina dan Amerika Serikat," ujar Qin.

Taiwan masih menjadi masalah paling pelik dalam hubungan Cina-AS. Bulan lalu, Cina menggelar latihan perang di sekitar Taiwan setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy di Los Angeles.

Sejak tahun 1979, hubungan AS-Taiwan telah diatur oleh Undang-Undang Hubungan Taiwan, yang memberikan dasar hukum untuk memberikan Taiwan sarana untuk mempertahankan diri. Tetapi aturan itu tidak mengamanatkan bahwa Amerika Serikat akan membantu Taiwan jika diserang.

Sebagai bagian dari anggaran tahun 2023, Kongres AS telah mengesahkan bantuan senjata senilai 1 miliar dolar AS untuk Taiwan. Bantuan itu menggunakan jenis otoritas yang mempercepat bantuan keamanan dan telah membantu mengirimkan senjata ke Ukraina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement