REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Rr Laeny Sulistyawati
Hujan deras mengguyur rumah di Kelurahan Paku Jaya, Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Provinsi Banten, Senin (8/5/2023) sore. Terlihat seorang perempuan berkerudung abu-abu duduk termenung.
Adalah Linda (33 tahun), anak dari Maja bin H Sitem (58), seorang korban kecelakaan bus yang terguling dan terperosok di jurang Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang sedang berduka. Linda menyalami dan menyambut para pelayat yang masih berdatangan satu persatu.
"Ya, dari mana?" sapa Linda saat mengajak bicara Republika.co.id, Senin. Meski ramah menyambut pelayat, terlihat mata Linda sembab dan sedih.
Mungkin tak pernah dibayangkan oleh Linda harus ditinggalkan ayahandanya dalam keadaan seperti ini. Dia sama sekali tidak membayangkan tragedi tersebut menimpa keluarganya. "Begitu mendapatkan kabar ayah saya meninggal dunia, saya langsung lemas," ujar Linda sambil menahan tangis.
Dia berkisah, orang tuanya berangkat menumpangi rombongan pengajian yang terbagi dua bus. Bus pertama isinya penumpang yang kebanyakan lanjut usia (lansia), termasuk ayah dan ibunya.
Kemudian, insiden itu terjadi dan bus pertama yang ditumpangi ibu dan ayahnya tergelincir jatuh ke jurang. Awalnya, Linda mengaku tidak mengetahui insiden itu. Kemudian setelah membaca informasi dari grup Whatsapp, ia akhirnya terus berupaya mencari tahu kebenaran kabar tersebut.
"Saya menelpon ke sana dan mencari tahu sendiri," kata perempuan yang jadi anak pertama di keluarganya ini.
Awalnya Linda mendapatkan kabar bahwa tidak ada korban jiwa. Namun, setelah mendapatkan informasi bahwa ayahnya tidak tertolong, Linda langsung terkulai lemas. "Saya tidak menyangka," katanya pasrah.
Meski sedih, Linda mengaku masih mengumpulkan kronologi lengkap kecelakan maut tersebut.
Di tempat yang sama, Midah (60) selaku ipar Maja mengisahkan, almarhum berangkat bersama istrinya yang juga sang adik, Mar ke Guci. Mereka yang berziarah tergabung dalam pengajian di lingkungan tempat tinggal.
"Karena Maja dan adik saya tergabung dalam kelompok pengajian dan mereka sepakat akan pergi ziarah. Kali ini sepakat akan ziarah ke Guci, Tegal dan kalau ada acara pengajian memang adik saya dan suaminya ini ikut pergi," ujarnya kepada Republika.co.id.
Midah menyebutkan, lebih dari 100 orang yang ikut dalam rombongan tersebut. Mereka terbagi dalam dua bus yang berangkat pada Sabtu (6/5/2023). Dengan mata menerawang, perempuan berhijab hitam ini menambahkan, hanya adiknya dan almarhum yang pergi ke Guci.
Kemudian, terjadilah insiden itu. Midah mendapatkan kabar bahwa rombongan bus yang ditumpangi Maja dan istrinya kecelakaan pada Ahad (7/5/2023) sekitar pukul 09.00 WIB.
"Saat itu saya mendapatkan kabar Maja masih ada, belum meninggal dunia. Tetapi ketika sempat dirawat di rumah sakit di Tegal ternyata nyawanya tidak tertolong alias almarhum," ujarnya.
Midah mendapatkan kabar, Maja terluka di bagian kepala dan dada. Ketika mendengar kabar itu, Midah mengaku kaget sampai sempat tidak bisa memasak. Dia menilai almarhum adalah sosok yang pendiam dan orangnya baik dan penurut.
Midah menyebutkan, almarhum adalah seorang petugas penyapu jalanan dan menjadi tulang punggung keluarga. Tak heran begitu mendengar kabar tersebut, ia sampai sempat menangis dan kaget. Kendati demikian, Midah mengaku tidak ada firasat apapun sebelumnya.
"Adik saya Mar hanya pamit ke saya sebelum berangkat dan saya doakan semoga selamat karena perjalanan jauh. Tetapi insiden itu terjadi dan nyawa ipar saya tidak tertolong," katanya.
Midah menjelaskan, jenazah juga sudah diserahterima dari Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie ke pihak keluarga pada Senin sekitar pukul 02.00 WIB. Begitu jenazah sampai di lokasi, sambung dia, almarhum langsung dimandikan, disholatkan, dan akhirnya dimakamkan pukul 03.00 WIB.
"Lumayan ramai yang ikut mengantarkan almarhum untuk dimakamkan," kata Midah. Dia menuturkan, Maja telah dimakamkan di tempat permakaman keluarga di dekat rumah.
Sementara itu, Midah menyebutkan, adiknya juga mengalami luka di bagian kepala dan harus mendapatkan 10 jahitan. Tetapi, adiknya telah dipindahkan dari rumah sakit di Tegal ke Tangerang dengan mobil ambulans yang dibawa Dinas Kesehatan Tangsel. Kini, adiknya menjalani perawatan medis di Rumah Sakit (RS) EMC di Alam Sutera, Kota Tangerang.
Meski nyawanya tertolong, adiknya masih harus dirawat. Sayangnya, Midah belum menjenguk adiknya di RS. Midah mengaku masih sibuk menerima tamu dan pelayat yang ramai dan terus berdatangan.
"Tetapi dia (Mar) sekarang sadar dan kondisinya terus membaik. Saya telpon dia dan minta dia makan dan minum obat juga supaya cepat sembuh. Jangan memikirkan (keadaan) di rumah karena sudah ada yang mengurusi," kata Midah.
Setelah adiknya pulih, Midah mengaku akan membawa Mar kembali ke rumah. Mar akan ditemani oleh dua anaknya. Midah berharap buah hati adiknya bisa menghibur dan mengobati duka Mar supaya tidak sedih berkepanjangan ditinggalkan sang suami.