REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memastikan terus memperkuat respons bauran kebijakan. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hal tersebut dilakukan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kebijakan moneter akan tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II 2023, Senin (8/5/2023).
Sejalan dengan arah bauran kebijakan tersebut, Perry menegaskan, BI memperkuat kebijakan moneter melalui penguatan kebijakan suku bunga dan operasi moneter. Begitu juga dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah serta kecukupan cadangan devisa.
BI menaikkan BI7DRR sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen pada RDG Januari 2023. Selain itu juga mempertahankan level BI7DRR tersebut pada RDG Februari hingga April 2023. "Keputusan ini tetap konsisten dengan stance kebijakan moneter pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan," ungkap Perry.
Perry meyakini BI7DRR sebesar 5,75 persen memadai untuk mengarahkan inflasi inti terkendali dalam kisaran di bawah empat persen pada sisa sepanjang 2023. Lalu, inflasi IHK dapat kembali ke dalam sasaran di bawah empat persen lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Dia menambahkan, operasi moneter juga terus diperkuat untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter. Perry mengatakan, kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah juga terus diperkuat guna mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah.
"Ini termasuk pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi Term Deposit valas Devisa Hasil Ekspor sesuai dengan mekanisme pasar," ucap Perry.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan, saat ini stabilitas sistem keuangan (SSK) pada kuartal I 2023 terus terjaga di tengah tantangan pasar keuangan global. Sri Mulyani menuturkan, perkembangan positif tersebut ditopang koordinasi kebijakan yang ditempuh serta optimisme terhadap pemulihan ekonomi yang kuat seiring membaiknya berbagai indikator perekonomian dan sistem keuangan domestik.
Sri Mulyani mengungkapkan, rapat berkala KSSK II 2023 menyepakati untuk terus memperkuat koordinasi dan kewaspadaan terhadap perkembangan perekonomian dan risiko pasar keuangan global ke depan. "Ini termasuk risiko rambatannya pada perekonomian dan sektor keuangan domestik," tutur Sri Mulyani.
KSSK terus mencermati dinamika ekonomi global. Sri Mulyani menuturkan, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 diperkirakan mencapai 2,6 persen yang didorong dampak positif pembukaan ekonomi China pascapandemi Covid-19.