Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Prof. Dr. Budiharjo, M.Si

Pendidikan Ramah Anak, Mulai dari Tumbuh Kembang hingga Teknologi Informasi

Info Terkini | Tuesday, 09 May 2023, 15:07 WIB
Rumah, sekolah dan lingkungan adalah tempat terbaik pendidikan untuk menopang pertumbuhan dan perkembangan anak. Foto: Republika

Pendidikan anak bisa tumbuh dan berkembang manakala didukung oleh tiga faktor baik, yakni rumah, sekolah dan lingkungan. Ketiganya diperlukan secara mendasar yang ibarat tanah menopang tumbuhan agar tumbuh dengan subur. Bibit dan tanah itu membutuhkan iklim yang baik. Ketika anak diibaratkan biji maka dia belum terlihat apa-apa. Belum ada akar, batang, daun yang menjadi komponen tumbuhan. Biji akan tumbuh manakala berada di atas tanah yang mendukung, disirami, mendapat cahaya matahari dan berada di iklim yang baik.

Kesalahan manusia adalah melihat biji seperti tumbuhan yang sudah lengkap, berbunga dan berbuah. Begitu pula dengan orangtua, seringkali melakukan kesalahan karena menganggap anak mereka seperti seorang dewasa yang sudah memiliki kelengkapan tubuh dan pikiran.

Untuk menjadi manusia paripurna, dibutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar. Di manakah pendidikan subur yang bisa didapat seorang anak? Pertama, rumah adalah tempat terbaik pendidikan tersemai indah dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Kedua, sekolah menjadi lahan subur bagi anak. Ketiga, antara rumah dan sekolah yang bermakna lingkungan anak yang sangat mendorong agar pendidikan bisa terserap dalam individu anak itu sendiri.

Di era kemajuan teknologi, tentunya tantangan pendidikan bagi anak semakin besar. Oleh sebab itu, penting membangun kesadaran masyarakat untuk menggerakkan literasi media dan penggunaan media cyber untuk anak. Ketika orangtua memberikan gadget dan media cyber, tentunya harus diimbangi dengan kesadaran untuk menggunakan secara tepat dan sesuai kebutuhan, tidak mengakses konten yang berbahaya bagi anak.

Informasi dan teknologi menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Pemerintah pun memastikan daya jangkau anak terhadap konten negatif dibatasi. Caranya dengan memblokir akses, menutup beberapa situs yang memang tidak ramah anak, baik konten kekerasan, pornografi, hate speech, terorisme dan sejenisnya.

Lebih dari itu, penindakkan hukum dilakukan kepada para pelaku yang tidak bertanggungjawab. Tujuannya adalah untuk shock therapy kepada pihak yang mengotori internet yang memang tidak layak bagi anak, terlebih melakukan kejahatan yang menjadikan anak sebagai korban. Penindakan ini menjadi efek jera agar tidak ada yang melakukan hal sama di kemudian hari. Selain proteksi dan preventif, juga penting membangun kesadaran terkait literasi media sosial secara cerdas. Hal itu menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pendidikan tumbuh kembang anak.

Dan itu bukan hanya tanggungjawab negara, tetapi juga tanggung jawab orang tua. Pendidikan yang dihadirkan menjadi semacam manual book. Ini yang boleh, ini yang tidak boleh. Penggunaan ponsel saat ini tidak hanya melibatkan kelas sosial ekonomi tinggi. Hampir di semua strata masyarakat memakai smartphone canggih dalam kehidupan mereka. Begitu pula dalam dunia pendidikan, belajar jarak jauh bisa dipastikan membutuhkan ponsel dan internet.

Dengan memahami dinamika yang terjadi di dunia anak, membutuhkan pendekatan yang berbeda. Di usia 2-5 tahun, dia bisa jadi biasa karena faktor melihat dan berinteraksi dengan orang tua. Setelah itu, dia akan dipengaruhi oleh hal-hal di luar kedua orangtuanya. Anak akan berinteraksi dengan memanfaatkan teknologi, entah untuk permainan dan lainnya. Oleh karena itu, untuk masalah ini dibutuhkan pendekatan spesifik dan kebijaksanaan orang tua. Yang harus diperhatikan adalah mulai dari radiasi kesehatan anak hingga saraf motorik anak. Dampak negatif bagi pertumbuhan anak harus diketahui, ada game yang boleh dimainkan, ada juga game yang tidak boleh dimainkan. Dengan begitu, rumah, sekolah dan lingkungan tetap menjadi lahan subur bagi pendidikan dan tumbuh kembang anak. (*)

Penulis adalah Ketua Umum BKKKS 2020-2025

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image