Selasa 09 May 2023 16:44 WIB

Asosiasi Perbanas: 30 juta Pengguna QRIS Optimalkan Transaksi Digital

Pengguna QRIS diproyeksi akan mencapai 45 juta pengguna.

Red: Lida Puspaningtyas
Pembeli membayar menggunakan QRIS saat membeli tembakau di Lakonte Bacco, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Pengguna QRIS diproyeksi akan mencapai 45 juta pengguna.
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Pembeli membayar menggunakan QRIS saat membeli tembakau di Lakonte Bacco, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Pengguna QRIS diproyeksi akan mencapai 45 juta pengguna.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Asosiasi Perbankan Nasional (Perbanas) Tigor Siahaan menilai pencapaian 30 juta pengguna Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) saat ini turut mengoptimalkan penyempurnaan ekosistem keuangan digital di Indonesia.

"Saat itu, Bank Indonesia mempunyai ramalan ke depan tentang penggunaan QRIS untuk masyarakat. Setelah diterapkan, penggunaan QRIS pada awalnya sedikit menempuh jalan berbatu, banyak yang tidak yakin. Tapi sekarang, kita punya 30 juta pengguna dan terus bertambah. Terobosan ini benar-benar mendemokratisasi lembaga keuangan," kata Tigor di Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Baca Juga

Tigor juga memproyeksikan pengguna QRIS akan mencapai 45 juta pengguna, dan miliaran transaksi di akhir tahun. Namun, dibalik angka yang cukup besar tersebut, pemanfaatan teknologi dalam setiap transaksi di Indonesia dianggap masih belum optimal.

"Namun jika kita kupas gabungannya, satu miliar transaksi dari 45 juta pengguna, kalau dihitung lagi menjadi satu sampai dua transaksi per pengguna, per bulan. Kita berbicara tentang miliaran tetapi sebenarnya sebut saja dua transaksi per pengguna per bulan. Angka tersebut sebetulnya masih sedikit mencapai permukaan, belum terlalu optimal," ungkap Tigor.

Oleh karena itu BI dengan instansi terkait masih mempunyai tugas panjang untuk lebih mengoptimalisasi digitalisasi dalam menunjang setiap transaksi di Indonesia.

Tigor menambahkan, digitalisasi transaksi juga akan menunjang transaksi antar negara yang akan membantu kalangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Ribuan TKI saat ini masih banyak yang masih menggunakan perantara dalam pengiriman uang ke Indonesia.

Adapun Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta mengatakan ekonomi digital dan ekosistem keuangan Indonesia dan negara-negara ASEAN memiliki potensi yang positif.

Potensi tersebut tercermin pada penandatanganan kerja sama bank sentral di wilayah ASEAN-5, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, untuk sistem pembayaran regional atau ASEAN Payment Connectivity (APC) yang dimulai sejak 2022 lalu.

"Saat ini kami juga telah bergerak dengan inisiatif konkret, seperti pembayaran cepat Quick Response (QR) di antara lima negara dan akan membawa langkah konkret dari Asia ke dunia," ujar Filianingsih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement