REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Umat Islam seharusnya tidak boleh menyanyikan lagu Havenu Shalom Alaechim. Pemerhati Agama Semit Etika Noor menjelaskan bahwa viralnya lagu tersebut membuat banyak warganet yang awam berkomentar tanpa dasar. Etika yang memang telah mendalami ilmu perbandingan agama baik Islam, Kristen maupun Yahudi menjelaskan mengenai lagu tersebut.
"Lagu ini merujuk pada kalimat shalom alaechim, maknanya sama atau tidak jauh beda dengan Assalammualaikum yang berarti semoga keselamatan terlimpah padamu,"ujar Etika yang mempelajari bahasa ibrani dengan Rabbi Tovia Singer seorang advokat Yahudi Ortodoks di Indonesia, Selasa (9/5/2023).
Terkait masalah fikih boleh atau tidaknya digunakan sebagai salam. Ini harus ditanyakan kepada ahlinya.
Namun secara pribadi, Etika yang juga aktif sebagai Koordinator Mualaf Center AYA SOFYA Wilayah Jabodetabek menjelaskan tidak masalah jika hanya sekadar untuk menyapa atau mengucapkan salam. Penganut agama Yahudi, memang mengunakan kalimat ini untuk mengucapkan salam dalam bahasa ibrani.
"Namun saya belum pernah dan sulit sekali mencari orang Yahudi Muslim atau mualaf dari Yahudi sehingga belum mengetahui apakah mereka tetap menggunakan kalimat ini untuk mengucapkan salam,"ujar dia.
Sama halnya ketika seseorang mempelajari bahasa, maka dalam konteks untuk mempraktikkan bahasa ibrani dengan kalimat ini maka sah-sah saja diucapkan. Namun masalah terjadi ketika kalimat ini tidak pada tempatnya.
Menurut Etika, menggunakan bahasa ini tidak sesuai di Indonesia karena mayoritas agama Islam dengan bahasa arab sebagai bahas utamanya. Begitu juga dengan agama lain, nasrani yang menggunakan bahasa Indonesia.
"Tidak pas menurut saya, menggunakan bahasa ini di Indonesia, apalagi minimnya orang Yahudi di Indonesia, kecuali sedang berada di Israel"ujar dia.
Etika yang juga Ketua Annisa, Yayasan Pembina Mualaf At Tauhid menjelaskan beberapa komentar tentang lagu ini menjadi viral karena pendengarnya merasa lagu ini enak didengar. Sebenarnya lagu ini adalah miliki penganut Yahudi sebagai lagu pujian untuk Tuhan atau Allah yang Maha Esa.
Hanya saja lagu ini kemudian diadopsi oleh agama samawi lain untuk memuji kelahiran Yesus. Dan digunakan pula sebagai lagu rohani mereka baik dengan bahasa ibrani maupun diterjemahkan.
"Dalam konteks teologis, tidak perlu mengurusi materi agama lain, sebelum mendalami Alquran secara menyeluruh,"jelas dia.
Boleh saja mempelajari agama lain, tetapi harus lebih dahulu memiliki aqidah Islam yang kuat. Seperti yang disebutkan dalam Alquran surat At Nahl ayat 125
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.