Selasa 09 May 2023 21:00 WIB

Mandiri Institute Catat Kenaikan Tren Belanja Konsumen di 2023

Belanja masyarakat sudah tumbuh tinggi sejak awal 2023.

Pengunjung memilih sepatu di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Kamis  (13/4/2023). Menjelang Lebaran, sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta mulai memberikan potongan harga mulai 20 hingga 70 persen untuk menarik minat pembeli untuk berbelanja. Pemberian THR diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat di bulan ramadan dan jelang lebaran
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung memilih sepatu di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Kamis (13/4/2023). Menjelang Lebaran, sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta mulai memberikan potongan harga mulai 20 hingga 70 persen untuk menarik minat pembeli untuk berbelanja. Pemberian THR diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat di bulan ramadan dan jelang lebaran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mencatat belanja konsumen pada 2023 terus menunjukkan tren yang meningkat dibandingkan 2022.

Data per April 2023, Mandiri Spending Index (MSI) melihat indeks frekuensi belanja sudah mencapai 280,7 atau sudah meningkat 3 kali lipat dibandingkan April 2022, sementara indeks nilai belanja masyarakat juga meningkat ke level 156,7.

Sementara itu, di kuartal I-

 2023, belanja masyarakat di Maret 2023 relatif stagnan daripada bulan sebelumnya meski terjadi kenaikan pada pekan pertama Ramadhan 2023.

"Hal ini dikarenakan belanja masyarakat sudah tumbuh tinggi sejak awal 2023, dibandingkan pada 2022," katanya di Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Pada kuartal I 2023 belanja masyarakat lebih didorong oleh peningkatan harga karena volume belanja masyarakat turun 1,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tetapi nilai belanja masyarakat tetap tumbuh 3,7 persen.

Sementara itu, pada kuartal I 2022 saat belum terjadi kenaikan harga BBM, indeks volume dan nilai belanja masyarakat tercatat tumbuh masing-masing sebesar 19,5 persen dan 22,3 persen secara tahunan.

"Maka dari itu, menjaga harga menjadi sangat signifikan untuk menjaga momentum daya tahan dari belanja masyarakat," kata Yudo.

Bali dan Nusa Tenggara tercatat memiliki tren yang berbeda dibandingkan tren nasional dengan kenaikan belanja disebabkan oleh kenaikan volume belanja.

"Terjadi akselerasi aktivitas ekonomi di Bali dan ini refleksikan data belanja MSI. Sementara di Pulau Jawa dan Kalimantan kenaikan belanja lebih karena kenaikan nilai dari barang, sedangkan di Sulawesi, Maluku, dan papua, volume belanja menurun relatif terhadap nilai di tahun 2022 maupun 2021," kata Yudo.

Perilaku belanja juga bergeser seiring COVID-19 yang mulai berakhir dimana masyarakat lebih banyak berbelanja non-durable goods atau barang-barang yang berusia tidak panjang.

Di tengah pandemi COVID-19 masyarakat membutuhkan lebih banyak durable goods atau barang berusia panjang seperti produk elektronik dan perlengkapan rumah tangga karena masyarakat menghabiskan banyak waktu di rumah.

"Tapi seiring normalisasi aktivitas, perilaku belanja juga semakin normal, kebutuhan akan barang durable kembali normal, dan kecenderungan ini akan berlanjut sepanjang 2023," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement