Rabu 10 May 2023 03:52 WIB

Mengenal Perbedaan Antara Alzheimer dan Demensia

Alzheimer dan demensia bukanlah kondisi yang sama.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Alzheimer vs demensia (ilustrasi). Tidak ada pengobatan khusus untuk demensia.
Foto: www.pixabay.com
Alzheimer vs demensia (ilustrasi). Tidak ada pengobatan khusus untuk demensia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit Alzheimer dan demensia bukanlah hal yang sama meskipun istilah tersebut sering dikelompokkan bersama dan digunakan secara bergantian. Demensia adalah istilah umum untuk kehilangan kemampuan mengingat, berpikir atau mengambil keputusan, mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Dikutip dari The Sun, Jumat (5/5/2023), demensia dapat dibagi menjadi dua kelompok utama. Tetapi beberapa kondisi termasuk dalam kedua kategori tersebut, yakni kortikal dan sub-kortikal.

Baca Juga

Kortikal menyebabkan kehilangan ingatan yang parah, sementara itu sub-kortikal adalah yang memengaruhi kecepatan dan aktivitas berpikir (seperti yang terlihat pada penyakit Parkinson). Ada tanda-tanda peringatan dini untuk banyak kasus demensia.

Tahap awal ini dikenal sebagai gangguan kognitif dan hampir tidak terlihat atau disalahartikan sebagai hal lain, seperti depresi. Tanda-tanda demensia bisa hampir tidak kentara, tetapi termasuk kelambanan berpikir, kesulitan dengan perencanaan, masalah dengan bahasa, masalah dengan perhatian dan konsentrasi, perubahan suasana hati atau perilaku.

Gejala-gejala ini dapat menunjukkan bahwa beberapa kerusakan otak telah terjadi dan pengobatan harus segera dimulai sebelum gejala menjadi lebih parah. Perubahan sering kali terjadi secara tiba-tiba, dengan periode yang relatif stabil di antaranya, meski sulit untuk memprediksi kapan langkah ini akan terjadi.

Kuncinya adalah bertindak cepat. Berikutnya, ada tanda-tanda lebih lanjut yang mungkin terjadi, antara lain perasaan disorientasi dan bingung, kehilangan ingatan dan kesulitan berkonsentrasi, sulit menemukan kata yang tepat, dan perubahan kepribadian yang parah. Ini termasuk menjadi agresif, sulit berjalan, berjuang untuk mengontrol buang air kecil dan melihat hal-hal yang tidak ada.

Tidak ada pengobatan khusus untuk demensia. Tragisnya, tidak ada cara untuk membalikkan kerusakan otak yang telah terjadi.

Pengobatan dapat membantu memperlambat perkembangan kondisi penderita. Tujuan utamanya adalah mengobati penyebab yang mendasari untuk membantu mencegah masalah lebih lanjut, seperti strok.

Obat-obatan dan perubahan gaya hidup akan dianjurkan termasuk dengan sehat, menurunkan berat badan jika perlu, berhenti merokok, menjadi bugar, dan mengurangi alkohol. Dukungan seperti fisioterapi, terapi okupasi dan terapi wicara dan bahasa juga bermanfaat, tetapi meskipun mengobati demensia, penyakit itu dapat secara signifikan mempersingkat harapan hidup.

Waktu kelangsungan hidup rata-rata dari diagnosis adalah sekitar empat tahun dan kebanyakan orang akan meninggal karena komplikasi demensia, seperti pneumonia, atau strok berikutnya. Namun, harapan baru untuk perawatan anyar demensia sudah di depan mata.

Uji coba di bulan Mei yang menunjukkan obat yang disebut donanemab tampak menjanjikan. Obat itu dapat mengurangi penurunan mental hingga 35 persen dalam 18 bulan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement