REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan, industri furnitur dan home decor nasional harus mencari pasar alternatif. Itu karena, Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang selama ini menjadi pasar terbesar industri tersebut tengah mengalami resesi ekonomi.
"Dalam beberapa waktu ke depan industri furnitur dan home decor harus membidik pasar alternatif tak hanya Amerika dan Eropa tetapi juga Timur Tengah misalnya. Itu karena dunia sedang mengalami perubahan kekuatan ekonomi," ujar Teten saat ditemui di Gedung Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Menurutnya, perubahan tersebut tidak sebentar terjadi. Maka, kata dia, Indonesia harus melihat potensi pasar baru. "Jangan hanya fokus di pasar tradisional itu-itu saja," kata dia menegaskan.
Teten menuturkan, tidak hanya di pasar domestik, negara tujuan ekspor lainnya juga diharapkan terus dikembangkan. Dengan begitu, pasar global dan para pembeli internasional tidak perlu lagi datang ke pameran furnitur di luar negeri, tapi bisa langsung datang ke pameran furnitur di Indonesia termasuk di berbagai pusat showcase cluster furniture atau home decor.
"Furnitur menjadi kekuatan ekonomi Indonesia karena Indonesia punya sumber daya alam berupa bahan baku yang kaya. Furnitur ini mampu menciptakan lapangan kerja yang besar," kata Teten menjelaskan.
Pada 2022, kata dia, 90 persen produk hasil industri furnitur dipasarkan di luar negeri dengan Amerika Serikat sebagai pangsa pasar terbesar produk furnitur Indonesia yang menyerap 51 persen. Dari total nilai ekspor furnitur lokal, sementara pasar Eropa menyerap sekitar 19 persen.