Rabu 10 May 2023 06:17 WIB

Turki Siap Jadi Tuan Rumah Pembicaraan Damai untuk Sudan

Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Asap mengepul di Khartoum, Sudan, Rabu, 3 Mei 2023. Banyak orang melarikan diri dari konflik di Sudan antara militer dan pasukan paramiliter saingan
Foto: AP Photo/Marwan Ali
Asap mengepul di Khartoum, Sudan, Rabu, 3 Mei 2023. Banyak orang melarikan diri dari konflik di Sudan antara militer dan pasukan paramiliter saingan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki siap menjadi tuan rumah untuk pembicaraan komprehensif dalam mencapai perdamaian di Sudan. Hal ini disampaikan Erdogan kepada Panglima Angkatan Darat Sudan, Abdel Fattah al-Burhan pada Selasa (9/5/2023).

Dalam panggilan telepon dengan al-Burhan, Erdogan mengatakan Turki akan melanjutkan upaya melalui koordinasi dengan PBB, untuk memastikan kebutuhan kemanusiaan mendesak bagi rakyat Sudan terpenuhi.

Baca Juga

Erdogan juga mengungkapkan kesedihan dan keprihatinan atas meningkatnya jumlah korban dari pertempuran antara angkatan darat dengan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di Sudan. Evakuasi dan keamanan warga Turki di Sudan juga dibahas oleh Erdogan dalam panggilan telepon dengan al-Burhan.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan, Turki memindahkan semua pegawainya, terutama petugas keamanan dari Kedutaan Besar di Sudan dengan dukungan al-Burhan. Cavusoglu menegaskan upaya Turki untuk membantu mengakhiri konflik di Sudan.

"Jika kami tidak mengubah keseimbangan di Libya, jalan-jalan di Tripoli akan tetap seperti ini hari ini. Kami juga berusaha menghentikan perang ini (di Sudan)," kata Cavusoglu, dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (9/5/2023).

Sebelumnya kendaraan dinas Duta Besar Turki untuk Sudan, Ismail Cobanoglu, terkena tembakan di Ibu Kota, Khartoum. Tidak ada korban dalam insiden itu dan belum diketahui siapa yang melepaskan tembakan tersebut.

Ketidaksepakatan telah muncul dalam beberapa bulan terakhir antara angkatan darat Sudan dan RSF, atas integrasi RSF ke dalam Angkatan Bersenjata. Ini merupakan syarat utama perjanjian transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.

Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat. Langkah ini dikecam oleh kekuatan politik sebagai kudeta.

Masa transisi Sudan dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar Al-Bashir. Masa transisi ini dijadwalkan berakhir dengan diselenggarakannya pemilu pada awal 2024.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement