REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia mencatat sepertiga rumah tangga di Indonesia masih rentan dalam kemiskinan. Bahkan, Bank Dunia mengungkapkan masyarakat yang bekerja belum cukup untuk mengatasi kerentanan terhadap kemiskinan.
Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen mengatakan penghasilan rumah tangga yang bekerja masih belum cukup keluar dari kemiskinan. Bahkan juga dinilai tidak mampu mencapai keamanan ekonomi.
“Setiap rumah tangga miskin di pedesaan bergantung terhadap pertanian sebagai penghasilan utama. Namun, pendapatan dari pertanian juga dinilai tidak cukup keluar dari kemiskinan,” ujarnya dalam laporan Bank Dunia, Rabu (10/5/2023).
Bank Dunia mencatat sepanjang 2022, tingkat pengangguran berada level 5,9 persen, sebagian besar penduduk Indonesia memiliki beberapa jenis pekerjaan.
“Bahkan di antara rumah tangga miskin dan tidak aman secara ekonomi, lebih dari delapan dari 10 memiliki pekerjaan," ucapnya.
Tak hanya itu, di daerah perkotaan maupun pedesaan, banyak rumah tangga juga memiliki pekerjaan bidang jasa. Sektor jasa yang dapat memberikan pekerjaan produktif, banyak pekerjanya terjebak dalam nilai tambah rendah dengan pendapatan yang tidak mencukupi.
Satu menyebut tantangan rendahnya produktivitas dapat diatasi dari berbagai sisi. Produktivitas pertanian dapat ditingkatkan melalui peningkatan pelayanan penyuluhan pertanian dan akses pasar.
Selain itu, menghapus subsidi pertanian yang berfokus pada produksi pangan juga dapat mendorong pertanian tanaman komersial, seringkali lebih cocok beberapa kondisi tanah.
"Demikian pula, digitalisasi dapat memberikan peluang tetapi membutuhkan keterampilan digital, konektivitas, dan lingkungan kebijakan yang mendukung," ucapnya.