REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penderita asma umumnya mengenal pengobatan dengan pelega golongan short-acting beta-agonists (SABA). Contoh pengobatan yang termasuk dalam golongan tersebut ialah inhaler dan nebulizer.
Sering kali, penggunaan pengobatan tersebut menjadi berlebihan. Menurut dokter spesialis paru, HM Yanuar Fajar, obat pelega jenis SABA memang membantu saat terjadi serangan, namun tidak berarti penderita asma akan tergantung dengan obat tersebut.
Penderita asma memerlukan pengobatan lebih tepat agar penyakitnya bisa terkontrol dalam jangka panjang. Dokter Yanuar pun menginformasikan perubahan pedoman dari Global Initiatives for Asthma (GINA).
"Dari GINA ada perubahan, pelega sudah tidak dipakai lagi, melainkan sudah pakai pengontrol, jadi perubahannya itu bukan mengatasi dengan SABA saja, tapi inflamasinya,” kata dr Yanuar dalam acara bersama AstraZeneca, Rabu (10/5/2023).