REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu lalu, seorang pengguna media sosial menyebarkan rekaman video yang mengarah pada kesan bahwa dirinya mengalami pelecehan seksual dari pria lain di toilet Summarecon Mal Serpong, Tangerang, Banten. Pria yang semula dituduh sebagai pelaku kemudian memberikan klarifikasi bahwa sebenarnya dia difitnah.
Terduga pelaku mengaku mengalami pelecehan seksual dalam bentuk eksibisionisme dari pria yang menyebarkan video. Salah satu pendiri dan psikolog klinis dewasa di Rumah Dandelion Nadya Pramesrani menjelaskan pelecehan seksual merupakan perilaku menggoda, pemaksaan, atau penyimpangan, memberikan komentar seksual kepada korbannya.
Pelaku memang bermaksud begitu, sering kali karena superioritas, ingin menunjukkan dia itu lebih tinggi dari pada korbannya. Pelaku ingin menyebabkan perasaan malu, tidak nyaman, dan takut pada korbannya. Pelecehan seksual ini bisa terjadi antargender.
"Terkait eksibisionis, karena terkait power to control, yang bisa dilakukan adalah menjaga jangan sampai kita merasa takut atau kecil," kata Nadya kepada Republika.co.id, Rabu (10/5/2023).
Nadya menjelaskan pelaku eksibisionis memamerkan alat kelaminnya dengan harapan korban yang melihat akan menunjukkan reaksi kaget, takut, teriak, atau kabur. Reaksi itu justru memberikan rasa puas ke pelaku eksibisionis. Lalu, reaksi spontan apa yang seharusnya dilakukan korban?
"Jadi yang bisa dilakukan adalah memberikan reaksi berlawanan, tapi ini butuh kontrol diri dan kesadaran diri yang sangat matang," ujar Nadya.
Nadya mengatakan korban bisa menujukkan respons berlawanan dari keinginan pelaku, yaitu jaga muka lempeng alias tidak bereaksi. Bahkan, korban disarankan "menantang" pelaku, misalnya mengatakan, "Apa sih? Oo kecil ya ternyata."
"Itu reaksi yang berkebalikan dari apa yang mereka cari. Jangan menunjukkan kita takut, marah, kaget," kata Nadya.