Rabu 10 May 2023 15:17 WIB

BSI Lumpuh, Pakar: Semoga Nasabah tak Berpindah ke Konvensional

Lumpuhnya layanan perbankan sama artinya dengan lumpuhnya kegiatan perekonomian.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Warga melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor dengan BSI Mobile di Jakarta, Kamis (24/3/2022).Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Warga melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor dengan BSI Mobile di Jakarta, Kamis (24/3/2022).Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) saat ini sedang melakukan maintenance sistem sebagai bagian dari upaya untuk mengoptimalkan pelayanan kepada nasabah. Hal ini berdampak pada layanan transaksi keuangan secara yang tidak bisa diakses oleh para nasabah beberapa hari ini.

Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), Yusuf Wibisiono menilai lumpuhnya layanan BSI selama tiga hari ini sangatlah fatal. Karena, bagi  bank yang sangat mengandalkan jasa layanan keuangan, kelumpuhan sistem hingga tiga hari merupakan waktu yang sangat lama dan tidak dapat ditoleransi.

Baca Juga

"Lebih buruknya lagi hal ini terjadi di bank syariah terbesar di Indonesia, yang baru setahun terakhir ini melakukan merger, ini menurut saya salah satu pengalaman terburuk masyarakat kita terhadap perbankan syariah," ujarnya kepada Republika, Rabu (10/5/2023).

Ia pun berharap masyarakat dapat memahami hal ini dengan terus menggunakan bank syariah dan tidak beralih ke perbankan konvensional. Ia pun menyarankan bagi masyarakat yang memiliki kebutuhan layanan perbankan yang tinggi, dapat membuka rekening di beberapa bank syariah sekaligus.

"Bagi perbankan syariah, hal ini menjadi catatan sangat serius agar tidak terulang lagi ke depan, ketika masyarakat memberikan kepercayaan semakin tinggi, kepercayaan ini harus benar-benar dijaga, terlebih di daerah dimana perbankan Syariah menjadi layanan keuangan yang sangat diandalkan, bahkan menjadi satu-satunya pilihan seperti di Aceh," tuturnya.

Diketahui, saat ini Aceh hanya mengizinkan layanan perbankan syariah saja. Sehingga, lumpuhnya layanan perbankan sama artinya dengan lumpuhnya kegiatan perekonomian.

"Hal ini juga menjadi pelajaran bagi pemerintah agar tidak lagi melakukan konsolidasi prematur atas bank BUMN Syariah. Seandainya kita masih memiliki BSM, BNI Syariah dan BRI Syariah yang terpisah, masyarakat memiliki pilihan yang lebih beragam dan menguntungkan bagi mereka, sesuai dengan kebutuhan konsumen," terangnya.

Ia pun berharap agar ke depan, jangan ada lagi merger antar bank BUMN Syariah, seperti rencana merger BSI dan BTN Syariah. Sebagai market leader, bank BUMN Syariah seharusnya dibiarkan tumbuh secara organik dan diberi kesempatan menjadi besar dengan berspesialisasi pada ceruk pasar yang berbeda.

Yusuf menambahkan, bagi bank syariah sendiri, kehandalan sistem layanan keuangan menjadi krusial dan tidak dipertaruhkan dengan apapun, termasuk karena harga yang murah atau karena SDM yang tidak kompeten. Bank syariah harus tegas merekrut dan hanya menerima SDM dengan kualifikasi tinggi untuk mengelola teknologi dan sistem layanannya.

"Bank syariah harus pastikan bekerjasama dengan pihak yang kredibel meski dengan harga yang lebih mahal, agar kepentingan konsumen terjaga," tegas Yusuf.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement